Sabtu, 05 Desember 2009

Laba Sholat Subuh


Wahai kaumku, keuntungan-keuntungan ini melimpah

Rengkuhlah sebelum tiba penyesalan, berhentilah dari keburukan

Bila dahaga menimpa kalian, pemberi peringatan akan berkata:

"Aku tidak bersalah, sungguh aku telah berkata kepada mereka, minumlah!".

1. Menyamai Pahala Sholat Malam Penuh.

Betapa besar pahalanya walaupun tenaga yang dikerahkan tidak seberapa.

Rosululloh Shollallohualaihi wa Sallam bersabda:

"مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِيْ جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى الصُبْحَ فِيْ جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ"

"Barangsiapa sholat isya' bersama jama'ah, maka seolah-olah ia sholat separuh malam. Barangsiapa sholat shubuh bersama jama'ah, maka seolah-olah ia sholat semalam suntuk". (lihat Mukhtashor Shohih Muslim: 324)

Berikut ini pesan kebanyakan orang, mereka berkata: ambilah sesuatu yang ringan, namun mahal harganya".

  1. Dalam Perlindungan Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Rosululloh Shollallohualaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ صَلَّى الصُبْحَ فَهُوَ فِيْ ذِمَّةِ اللهِ"

"Barangsiapa sholat shubuh, maka ia berada dalam lindungan Alloh". (lihat Shohih Targhib wa Tarhib: 363).

Mari kita renungkan sabda beliau: Perlindungan Alloh Subhanahu wa Ta’ala". Ini bukan perlindungan seorang raja didunia. Sebab, meski kekuasaannya tinggi dan kendaraan-kendaraan berhenti karena mengagungkan dan menghormatinya, ia masih menyandang kehinaan tanah, kerendahan tanah, dan kelemahan yang ada dalam diri makhluk yang diciptakan dari tanah. Tapi ini adalah perlindungan Raja diraja, Robb alam semesta, pencipta bumi dan segala yang ada diatasnya untuk dirimu, yang menyebut diri-Nya:

وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ

"Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya". (QS. Az Zumar [39]: 67)

Perlindungan Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah perlindungan yang tidak seorang pun mampu mengoyaknya, atau bahkan sekedar menyentuhnya. Perlindungan tersebut menyelimuti seorang mukmin dengan pagar penjagaan pada dirinya, anaknya, akalnya, agamanya, dan seluruh urusannya. Sehingga, ia merasakan ketentraman dalam naungan Alloh dan menyadari bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala selalu memantau dirinya dan kekuatan-Nya menjaga dirinya. Karenanya, ia melewati hari dengan langkah-langkah percaya diri, hati yang mantap, tidak takut kepada segala yang merayap dimuka bumi dan diciptakan oleh-Nya.

3. Mendapat Cahaya Di Hari Kiamat.

Nabi Shollallohu’alaihi wa Sallam bersabda:

"بَشِّرِ المَشَّائِيْنَ فِيْ الظُّلَمِ إِلَى المَسْجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِ يَوْمَ القِيَامَةِ"

"Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid, berupa cahaya sempurna di Hari Kiamat". (lihat Shohih Targhib wa Tarhib: 623).

Cahaya ini diberikan sesuai tingkat kegelapan. Barangsiapa yang sering berjalan dalam kegelapan malam untuk menunaikan sholat, maka pada hari Kiamat cahayanya terang benderang dan jangkauan sinarnya luas. Seorang yang beriman mengerti benar bahwa ketabahan mengarungi kegelapan di dunia adalah harga yang harus dibayarkan untuk mendapat cahaya diakhirat. Perjalanannya dalam selimut kegelapan malam menuju masjid, hakikatnya menyimpankan cahayanya untuk menerangi shiroth guna menyebrang ke surga.

Cahaya kaum beriman pada hari Kiamat tidak memiliki level yang sama, baik ketajaman atau kekuatannya. Tapi cahaya tersebut berbeda-beda sesuai perbedaan tingkat kualitas iman.

4. Masuk Surga.

Rosululloh Shollallohu’alaihi wa Sallam bersabda:

"مَنْ صَلَّى البَرْدَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ"

"Barangsiapa sholat bardaini, maka ia masuk surga". (lihat: Shohih Jami' Shohir: 6337)

Sholat bardaini adalah sholat Fajar dan sholat Ashar. Ibnu Hajar dalam kitab Al-Fath berkata: "Dinamakan bardaini karena kedua sholat tersebut dikerjakan dikedua penghujung waktu siang, yakni ketika udara masih bersih (Subuh) dan ketika terik panas matahari mulai hilang". (lihat: Fathul Bari: 6412)

Lantaran kedua waktu ini jiwa senang beristirahat dan tidur serta merasa berat melakukan aktivis dan bangun, maka Nabi Shollallohu’alaihi wa Sallam memotivasi dan mendorongnya dengan kabar gembira yang besar ini. Seolah-olah beliau ingin berkata: "Inilah surga turun ke bumi untuk menawarkan diri kepada kalian di kedua waktu berharga ini. Hadirilah pembagiannya, niscaya kalian akan memperoleh jatah. Bidiklah anak panah ketika berperang, pasti kalian mendapat bagian ghonimah. Janganlah kalian tinggal diam sehingga kalian tidak mendapatkan apapun. Jangan lupa kalian seperti orang yang:

Berupaya meraih keagungan, tapi pedang tetap disarung.

Mengangankan kemuliaan, tapi terus terbuai tidur panjang.

5. Pernyataan Mulia.

Saudaraku tercinta, setiap hari engkau memulai waktu pertemuan dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala; ketika sholat Shubuh dan Ashar, untuk menyerahkan pernyataan harian yang engkau tulis sendiri dengan kedua tanganmu sebagai saksi atas dirimu dan memperbarui perjanjian dengan Robbmu yang tiap hari bersemangat menanyakanmu dan ingin mengetahui keadaanmu melalui para malaikat yang suci. Padahal Dia lebih mengetahui tentang dirimu dibandingkan mereka. Tapi Dia bertanya untuk menunjukkan perhatian, berlemah lembut, dan lebih menjalin kedekatan.

Rosululloh Shollallohu’alaihi wa Sallam bersabda:

يَتَعَاقَبُوْنَ فِيْكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُوْنَ فِيْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِيْنَ بَاتُوْا فِيْكُمْ. فَيَسْأَلُهُمْ اللهُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ: كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ".

"Para Malaikat yang menjaga kalian melakukan pergantian di waktu siang dan malam hari. Mereka berkumpul disholat shubuh dan sholat Ashar. Kemudian para Malaikat yang bermalam bersama kalian naik, lantas Alloh menanyai mereka –Dia lebih tahu dari pada mereka-: "Apa yang sedang dilakukan hamba-hambaKu ketika kalian meninggalkan mereka?" para Malaikat berkata: "Kami meninggalkan mereka sedang sholat dan kami mendatanginya sedang sholat". (HR. Bukhori dan Muslim)

6. Ini Pahala Sholat Sunnah, Lantas Bagaimana Dengan Sholat Wajib.

Rosululloh Shollallohu’alaihi wa Sallam bersabda:

"رَكْعَتَا الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا"

"Dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya". (HR. Muslim).

Ini pahala dua roka'at sunnah fajar. Oleh karena ibadah wajib adalah amalan hamba yang paling disukai untuk mendekatkan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, berarti pahalanya pun besar dan keuntungannya lebih melimpah. Beliau bersabda: "Dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya". Yakinilah bahwa sabda beliau ini benar. Beliau tidak berlebih-lebihan dalam memberikan gambaran dan tidak berbicara berdasarkan keinginan belaka. Beliau terlepas dari semua itu. Bagaimana tidak, sementara ucapan beliau tidak lain adalah wahyu yang diberikan. Tangan Alloh penuh dengan pemberian, simpanan-Nya yang tidak habis dan kekuasaan-Nya tidak berkurang sedikitpun kecuali seperti bila salah seorang kalian mencelupkan jarinya kedalam air laut, lihatlah seberapa banyak air yang menempel?

7. Memandang Alloh Di Akhirat.

Alloh tidak memberi penghuni surga saat nikmat yang lebih mereka sukai daripada memandang wajah Alloh yang mulia. Ini adalah satu kemuliaan yang tidak mungkin bisa terbesit dalam hati dan tidak mungkin dibayangkan. Betapa nikmatnya, alangkah lezatnya, dan luar biasa senangnya. Demi Alloh, surga tidak terasa indah kecuali dengan kemuliaan ini, dan nikmatnya tidak sempurna kecuali dengan keberadaan nikmat ini.

Kemuliaan ini diraih oleh orang-orang yang mengerjakan sholat Subuh sebagaimana telah diberitakan Nabi Shollallohu’alaihi wa Sallam:

أَمَّا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ لَا تُضَامُّوْنَ فِيْ رُؤْيَتِهِ، فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوْا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَ قَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا، ثُمَّ قَرَأَ:{ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا }

"Ketahuilah, sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purmana ini. Kalian tidak terhalangi dalam melihatnya. Bila kalian bisa untuk tidak ketinggalan sholat sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam, maka lakukanlah".kemudian beliau membaca: "...Dan bertasbihlah dengan memuji Robbmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya...". (QS. Thaahaa [20]: 130)

Ibnu Hajar berkata: "Korelasi penyebutan kedua hal ini (sholat Subuh dan Ashar berjamaah) dan penyebutan melihat Alloh adalah karena sholat merupakan perbuatan taat yang paling utama. Sementara, telah terbukti kedua sholat ini memiliki nilai lebih dibanding yang lainnya. Jadi, sholat Subuh dan Ashar adalah sholat yang paling utama. Maka, pantaslah bila orang senantiasa menjaganya diberikan balasan dengan anugerah terbesar; yakni melihat wajah Alloh". (lihat Fath Al-Bari: 2/44).

8. Bekal Dunia Dan Akhirat.

Oleh karena waktu, yang mengiringi sholat Shubuh adalah waktu yang paling berkah, maka Nabi Shollallohu’alaihi wa Sallam berusaha untuk meraihnya dan mengisi-Nya dengan dzikir. Dulu, selepas sholat Subuh, beliau duduk berdzikir kepada Alloh Shollallohu’alaihi wa Sallam sampai matahari terbit, kemudian menutupnya dengan dua rokaat. Beliau memberi kabar gembira kepada para shohabat bahwa bila mereka mau melakukannya, maka mereka akan mendapatkan pahala setara dengan pahala haji dan umroh, seratus persen sama.

Generasi salafush sholih pun menghasung untuk selalu menetapi sunnah Nabi ini. Ibnu Taimiyah, sebagaimana diceritakan muridnya, Ibnu Qoyyim, menggunakan waktu penuh berkah ini untuk berdzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan berkata: "Inilah sarapanku". Seandainya aku tidak menyantapnya, niscaya hilanglah kekuatanku". (lihat Al-Wabilush Shoyib min Kalami Thoyyib: 37)

9. Kesehatan Dan Keselamatan.

Banyak sekali keuntungan kesehatan yang dirasakan seseorang karena bangun di waktu fajar:

a. Prosentase tertinggi jumlah ozon (salah satu senyawa oksigen) di udara terdapat diwaktu fajar, dan berangsur-angsur berkurang sampai hilang samasekali saat matahari terbit. Gas ozon ini memiliki pengaruh positif untuk susunan sistem syaraf dan merangsang kerja otot.

b. Jumlah terbesar sinar ultraviolet ada pada waktu fajar. Sinar ini merangsang kulit untuk memproduksi vitamin D. Selain juga warna merah memiliki pengaruh untuk selalu menjaga.

c. Kandungan terbesar kortison dalam darah terjadi pada waktu pagi dan paling sedikit pada waktu sore.

Jumat, 04 Desember 2009

Perasaan Merasa Berdosa


Induk Kemaksiatan


Imam Ibnu Qoyyim rohimahulloh berkata: "Induk semua kemaksiatan, baik kecil ataupun besar ada tiga (3), yaitu;


Pertama: keterikatan hati kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang tidak lain adalah syirik.

Kedua: menuruti dorongan emosi, yaitu dzolim.

Ketiga: menuruti kekuatan syahwat, yang tidak lain adalah berzina.

Target akhir keterkaitan hati dengan selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah syirik dan mengklaim ada tuhan baru selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Target akhir menuruti dorongan emosi adalah membunuh. Dan target akhir menuruti kekuatan syahwat adalah zina. Ketiga hal itu disebutkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala secaara bersamaan di ayat berikut:

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Alloh dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Alloh (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)". (QS. Al Furqoon [25]: 68)

(lihat Al-Fawaid: 106)

Ketiga induk kemaksiatan tadi punya banyak cabang yang tidak diketahui mayoritas manusia dan mereka yang tidak menyadari itu dosa yang wajib ditinggalkan. Diantara manusia ada orang yang perasaannya terhadap dosa telah mati, bahkan terhadap dosa-dosa yang besar sekalipun. Ia sama sekali tidak menganggap dosa besar sebagai dosa besar. Itulah hati yang telah ditutup dengan sumbatan. Akibatnya hati tidak punya nurani dan perasaannya mati, hingga tidak merasakan apa-apa.

Akrab Dengan Kemungkaran

Barangkali, sebab utama problem tidak merasa berdosa pada orang tertentu adalah karena akrab dengan kemungkaran, sebab terlalu sering dikerjakan. Hal ini sama seperti dengan keakraban kita dengan makhluk-makhluk Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang besar, seperti langit, apa saja yang ada di dalamnya, bumi beserta apa saja yang ada di atasnya, sebab kita sering melihatnya. Kita merasa heran saat mendengar seseorang mendarat di bulan. Kita juga langsung heran ketika ada temuan-temuan baru. Tapi kita lupa pada sesuatu yang lebih hebat dari temuan-temuan manusia, sebab kita terbiasa melihat makhluk-makhluk Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu. Dosa-dosa juga seperti itu, jika terlalu sering dikerjakan. Hati akan menjadi akrab dengannya dan tidak lagi memungkirinya. Inilah yang paling ditakutkan Abu Hasan Az-Zayyat rohimahulloh, ia berkata: "Demi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, aku tidak peduli dengan banyaknya kemungkaran dan dosa. Yang paling aku takutkan adalah keakraban hati dengan kemungkaran dan dosa. Sebab, jika sesuatu dikerjakan dengan rutin, maka jiwa akan menjadi akrab dengannya dan jika jiwa telah akrab dengan sesuatu maka jiwa jarang tidak terpengarunh dengannya". (lihat Tabih Ghofilin: 93)

Tidak merasa dihukum Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Yang lebih berbahaya dari sikap akrab dengan kemungkaran adalah sikap tidak peduli dengan hukuman, hingga sampai taraf tidak merasa apa yang dialami sekarang sejati hukuman atas dosa yang telah dikerjakan. Mari kita dengar menuturkan Ibnu Al-jauzi rohimahulloh tentang orang yang sampai pada tahap ini: "Ketahuilah, ujian paling besar adalah merasa aman, tidak mendapatkan siksa setelah mengerjakan dosa. Bisa jadi, hukuman datang belakangan. Hukuman paling berat adalah seorang tidak merasakan hukuman itu, lalu hukuman merenggut agama, memberanguskan hati, dan jiwa tidak punya kemampuan memilih dengan baik. Diantara efek hukuman ini adalah tubuh segar bugar dan seluruh keinginan tercapai". (lihat Ahidu Al-Khotir: 169).

Contoh lain adalah seorang sudah sekian lama tidak mengerjakan sholat shubuh berjama'ah dan ia menganggap biasa dosa ini. Ia merasa hatinya tidak sakit dan tahan bantingan menghadapi derita dosa ini. Padahal, generasi pertama Islam mengunjungi sebagian dari mereka yang tidak sholat shubuh. Barangsiapa sampai taraf tidak merasa mendapatkan hukuman dosa, kondisinya mengkhawatirkan. Sebab bisa jadi itu cikal bakal 'kejatuhan' dirinya dan bukan mustahil ia kembali kejalan kesesatan. Menurut Ibnu Qoyyim rohimahulloh, itulah 'pembunuhan'. Lebih lengkapnya Ibnu Qoyyim berkata: "Dosa itu luka dan bisa jadi menyebabkan kematian". (lihat Al-Fwaid: 54).

Generasi Shohabat Khawatir Kebaikan Mereka Tidak Diterima Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Ada aspek lain yang amat diperhatikan generasi pertama Islam dan jarang diantara kita yang sampai tahap ini, yaitu khawatir kebaikan mereka tidak diterima. Al-Hasan Al-Basri berkata: "Aku pernah berjumpa dengan orang-orang yanng lebih menghindari hal-hal yang dihalalkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dari pada upaya kalian menghindari hal-hal yang diharomkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Aku juga pernah bertemu orang-orang yang lebih takut kebaikan-kebaikan mereka tidak di terima Alloh daripada ketakutan mereka kepada kesalahan-kesalahan mereka". (lihat Shifatu Ash-Shofwah: 3/227)

Itulah generasi terbaik yang tidak akan pernah ada lagi untuk kedua kalinya. Mereka tidak seperti kita, yang hanya sholat malam beberapa roka'at dan berinfak dengan beberapa keping uang recehan, lalu mengira sudah berbuat banyak!

Hati Yang Hidup

Generasi pertama Islam adalah orang-orang yang berhati hidup, hati mereka sulit dikotori, dan cinta dunia gagal merusak perasaan berdosa yang mereka miliki. Salah seorang dari mereka selalu ingat satu dosanya selam empat puluh tahun dan merasakan dampaknya. Ubaidillah bin As-Suri meriwayatkan perkataan salah seorang generasi tabi'in, Al-Qudwah bin Sirin berkata: "Aku tahu dosa apa yang membuatku dililit hutang. Empat tahun silam, aku berkata kepada seseorang: "Hai orang bangkrut". (lihat Shifatu Ash-Shofwah: 3/246)

Tidak ada seorang pun yang sanggup ingat dosa yang telah terjadi empat puluh tahun yang silam, melainkan orang yang dosanya sedikit, lalu mampu menghitungnya. Ketika kisah tersebut diceritakan Abu Ubaidillah bin As-Suri kepada Abu Sulaiman Ad-Daroni, maka Abu Sulaiman Ad-Daroni berkata: "Orang seperti Al-Qudwah bin Sirin sedikit dosanya. Karena itu dia tahu dari mana datangnya. Sedangkan dosa-dosaku dan dosa-dosamu banyak. Oleh sebab itu, kita tidak tahu dari mana datangnya". (lihat Shifatu Ash-Shofwah: 3/246)

Begitulah, mereka selalu merasa berdosa. Bahkan mereka mengaitkan dosa mereka dengan ujian yang menimpa mereka. Ibnu Al-Jauzi rohimahulloh meriwayatkan dari salah seorang generasi salaf bahwa seseorang memaki dirinya, lalu orang salaf itu menempelkan pipinya ke tanah, sambil berkata: "Ya Alloh, ampunilah dosaku, engkau membuat orang ini berkuasa atas diriku". (lihat Shoidu Al-Khotir: 338).

Jika mereka tidak dapat melakukan aktivitas ibadah, mereka merasa itu disebabkan dosa yang telah mereka kerjakan. Abu Daud Al-Hafri berkata: "Aku masuk kerumah Kurz bin Wabiroh dan mendapatinya menangis, aku bertanya kepadanya: "Kenapa anda menangis? Kurz bin Wabiroh menjawab: "Pintuku tertutup, kehormatanku ternoda, dan tadi malam aku gagal membaca Al-Qur'an seperti biasanya. Itu semua gara-gara satu dosa yang telah aku kerjakan". (lihat Shifatu Ash-Shofwah: 3/112)

Manusia Yang Paling Hebat Ibadahnya

Orang-orang seperti tadi pantas digelari Asy-Syahid dan pakar tafsir, Sa'id bin Jubair, sebagai salah seorang yang paling hebat ibadahnya. Ketika ditanya: "Siapa manusia yang paling hebat ibadahnya?" Sa'id bin Jubair menjawab: "Orang yang merasa terluka karena dosa dan jika ia ingat dosanya maka ia memandang kecil amal perbuatannya". (lihat Az-Zuhdu: 387)

Itu orang yang hanya mengerjakan satu dosa. Bagaimana dengan orang yang tidak pernah mengerjakan satu dosa dan menangis sebab gagal beramal sholih serta menduga itu disebabkan dosa yang telah dikerjakannya? Bagaimana mungkin dai yang berhati keras dapat disejajarkan dengan mereka? Pantaskah dalam kondisi hati keras itu kita meminta kemenangan atas kebathilan?

 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi