Sabtu, 31 Oktober 2009

Iman Kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala


Beriman kepada Alloh adalah keyakinan yang mantap bahwa Alloh adalah Robb segala sesuatu, Raja dan Pencipta Yang Maha Esa serta Pengatur seluruh alam. Dialah yang berhak diibadahi semata yang tidak ada sekutu baginya. Setiap sesuatu yang diibadahi selainnya, maka merupakan suatu kebathilan dan ibadahnyapun bathil.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"(Kuasa Alloh) yang demikian itu, adalah Karena Sesungguhnya Alloh, dialah (Tuhan) yang Haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Alloh, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Alloh, dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar". (QS. Al- Hajj: 62)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan dan kebesaran, suci dari setiap kekurangan dan cacat. Inilah tauhid dengan tiga macamnya tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, tauhid Asma' dan Sifat.

1. Isi Kandungan Iman Kepada Alloh

Iman kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengandung empat unsur, yaitu:

1. Mengimani wujud (keberadaan) Alloh.

Wujud Alloh telah dibuktikan oleh fitroh, akal, syara', dan indera.

a) Bukti fitroh tentang wujud Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah bahwa iman kepada sang pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berfikir atau belajar.

Rosululloh Shollohu’alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ مَوْ لُوْدٍ يُوْ لَدُ عَلَى الفِطْرَ ةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

"Semua bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitroh (cenderung pada kebenaran tuhan), ibu- bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashroni atau Majusi". (HR. Bukhori)

b) Bukti akal tentang wujud Alloh adalah proses terjadinya semua makhluk yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula terciptanya secara kebetulan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?". (QS. Ath Thuur: 35)

c) Bukti syara' tentang wujud Alloh Subhanahu wa Ta’ala bahwa seluruh kitab Langit berbicara tentang hal trsebut.

d) Bukti inderawi tentang wujud Alloh Subhanahu wa Ta’ala dapat dibagi menjadi dua:

-Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta pertolongannya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapat musibah.

-Tanda-tanda kebenaran para Nabi yang disebut Mukjizat, dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud yang mengutus mereka, yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

2. Mengimani Rububiyah Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Mengimani Rububiyah Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah mengimani sepenuhnya bahwa dialah Robb satu-satunya, tiada sekutu dan tiada penolong bagiNya.

Robb adalah yang berhak menciptakan, memiliki serta memerintah. Jadi tidak ada pencipta, tidak ada pemillik dan tidak ada pemerintah kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan semesta alam". (QS. Al A'raaf:54)

3. Mengimani Asma' dan Sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yakni menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang sudah ditetapkan Alloh untuk dirinya dan kitab sucinya dan sunnah Rosulnya dengan cara yang sesuai dengan kebesarannya.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Hanya milik Alloh asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan". (QS. 007. Al A'raaf: 180)

Artinya:"Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Alloh mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. An Nahl:60)

4. Mengimani Uluhiyah Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Beriman kepada Uluhiyah Alloh Subhanahu wa Ta’ala artinya benar-benar mengimani bahwa dialah satu-satunya Ilah yang benar, tidak ada sekutu bagiNya.

Ilah artinya ma'luh yaitu sesuatu yang diibadahi dengan penuh kecintaan serta pengagungan.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". (QS. Al Baqarah: 163)

1. Buah Iman Kepada Alloh

Iman kepada Alloh memiliki buah-buah dan faedah-faedah yang banyak sekali diantaranya:

1) Memperoleh keamanan dan petunjuk yang sempurna

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. Al An'am: 82)

2) Menjadikannya berkuasa, teguh dan mulia

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Dan Alloh Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik". (QS. An Nuur: 55).

3) Masuk kedalam jannah dan selamat dari neraka.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Sesungguhnya Alloh memasukkan orang-orang mukmin dan beramal soleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka". (QS. Muhammad: 12)

4) Memperoleh kehidupan yang baik

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan". (QS. An Nahl: 97)

5) Melimpahnya berbagai kebaikan dan turunnya bebagai barokah dari bumi dan langit.

Alloh berfirman:

Artinya:"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". (QS. Al A'raaf: 96).

6) Memperoleh petunjuk kearah kebaikan.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:" Dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya… ". (QS. At Taghaabun: 11).

7) Mendapatkan pembelaan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Artinya:"Sesungguhnya Alloh membela orang-orang yang Telah beriman. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat". (QS. Al Hajj: 38).

8) Dihapuskan dari segala kesalahan.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang Haq dari Tuhan mereka, Alloh menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka". (QS. Muhammad: 02)

9) Memperoleh derajat yang tinggi

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (QS. Al Mujaadilah: 11).

Laba Menahan Pandangan


1. Indahnya kemenangan


Berupa mengecap manisnya keimanan, nikmatnya bermujahadah, buah kesabaran serta kebahagiaan atas keberhasilan mengalahkan degelasi dan utusan hawa nafsu. Inilah kriteria ksatria sejati dan keberanian tiada duanya; yakni menghindari perbuatan-perbutan hina, mensucikan diri dari berbagai noda dosa, memerdekakan diri dari perbudakkan hawa nafsu dan bangkit menggapai cita-cita mulia.

Pemberani bukalah yang mampu mempertahankan kendaraan dimedan tempur ketika api perang berkobar

Tapi, pemuda yang menahan pandangan atau memalingkan penglihatan dari keharaman, itulah pahlawan dan jawara sejati

Oleh karena itu, Sufyan Ats-Tsauri menafsirkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

Artinya:"Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah".(QS. An Nisaa': 28)

Sebagai berikut:"Seorang wanita melewati seorang laki-laki. Si laki-laki itu tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatnya, meskipun tahu dia tidak bisa menikmatinya. Adakah sesuatu yang lebih lemah dari makhluk ini?". (lihat, Dzammul Hawa, 78. Ibnu Jauzi)

Sedang orang yang kuat imannya dapat mengontrol diri dan mengendalikan urusannya sehingga ia mampu menahan pandangan. Karenanya ia berhak mendapat cinta Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan predikat 'lebih baik' melalui lisan sebaik-baik makhluk, Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam, yang tertera dalam sabda beliau:

المُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إَلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

Artinya:"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh dari pada orang mukmin yang lemah". (HR. Muslim)

2. Firasat yang tepat

Firasat (kata hati) yang tepat menjadi reward keimanan terpendam bagi orang yang menahan pandangannya; khusus disediakan baginya dan tidak bisa direbut oleh orang lain kecuali yang seperti dirinya. Firasat ini yang membedakan antara orang jujur dan orang dusta, orang yang benar dan orang yang bathil, orang yang menangis dan orang yang pura-pura menangis. Firasat inipun merupakan buah sikap menahan pandangan yang paling berharga prestisius. Syah bin Sujak Kirmani berkata:" Barangsiapa mewarnai sisi lahiriyahnya dengan mengikuti Sunnah dan memenuhi bathinnya dengan selalu bermuroqobah (merasa diawasi Alloh), menahan pandangannya dari yang haram, mengendalikan dirinya dari rongrongan hawa nafsu dan membiasakan diri dengan makanan halal, niscaya firasatnya tidak meleset". (lihat Ighotsatulahfan min Makayidis Syaithon, 59 Ibnu Qoyyim Az-Jauziyah)

Ibnu Qoyyim menjelaskan rahasia dibalik karunia ini, ia berkata:" Rahasianya, karena pahala itu sejenis dengan perbuatan. Siapa yang menahan pandangan dari hal-hal yang Alloh haramkan untuk dipandang, pasti Alloh akan memberinya ganti yang sejenis dan lebih baik. Oleh karena ia telah menahan cahaya matanya dari yang haram, maka Alloh menajamkan cahaya mata hatinya. Sehigga ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang yang enggan menahan pandangan dari hal-hal yang haram. Demikian bisa dirasakan seseorang didalam dirinya. Sesungguhnya hati laksana cermin, sedangkan hawa nafsu seperti debu yang menutup permukaannya. Bilamana cermin bersih dari kotoran debu, maka bayangan-bayangan tidak muncul sehingga ilmu dan ucapannya hanya berdasarkan rekaan dan dugaan". (lihat Ighotsatulahfan min Makayidis Syaithon, 60)

Utsman bin Affan rodiyallohu'anhu adalah salah seorang yang dikenal memiliki firasat tajam. Ia malu kepada Alloh sehingga para malaikat-Nya malu kepadanya. Ia menahan pandangannya dari perbuatan-perbuatan dosa, sehingga Alloh menganugrahinya firasat yang bisa dipergunakan mengungkap borok-borok orang yang mengumbar mata karena mengira tidak ada orang yang mengetahui prilakunya tersebut. Tapi Utsman mengetahui dan membeberkanya. Buka untuk mempermalukannya, tapi untuk menasehatinya. Konon,ada seorang laki-laki masuk menemuinya, lantas Utsman berkata kepadanya:"Salah seorang kalian masuk menemuiku, sementara perbuatan zina ada didua pelupuk matanya". orang itu berkata: "Apakah ini wahyu yang datang sepeninggal Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam? Ia menjawab:" Bukan wahyu , tetapi firasat yang tepat". (lihat Ath-Thuruq Hukmiyah fi Siyasah Asy-Syar'iyah, 43 Ibnu Qoyiim).

3. Membentengi Hati dari Penyusupan Syaithon

Hati bagaikan rumah, sedangkan mata adalah pintunya. Pencuri tidak akan menerobos masuk rumah kecuali bila pintunya bisa dibuka. Bila ia telah masuk, maka akan menguras perhiasan keimanan dan permata taqwa. Kemudian meniggalkan hati porak poranda, terbengkalai. Waspadailah terhadap pencuri ini, karena ia sangat lincah bergerak. Baginya satu detik saja sudah cukup untuk menyusup masuk. Oleh sebab itu, ketika Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam ditanya tentang pandangan yang tiba-tiba, beliau bersabda:

اصْرِفْ بَصَرَكَ

Artinya:"Alihkan tatapanmu". (HR. Muslim)

Maksudnya, tutuplah pintu rapat-rapat, pasanglah penjaga yang gagah perkasa berupa tentara-tentara muroqobah dan jangan anda buka walau sekejap saja. Kala seperti inilah, keputus asaan menjalar ke hati iblis sehingga ia pun kembali dalam keadaan hampa dan meninggalkanmu dalam keadaan tidak kurang sedikitpun.

Manakala terjadi persengketaan antara hati dan mata, jurang perselisihan keduanya begitu luas, masing-masing melemparkan kesalahan kepada yang lain lantaran sakit dan kepedihan yang dirasa, maka keduanya mengadukan permasalahan pada tubuh yang akhirnya memutuskan bahwa matalah yang bersalah.

Hati berkata kepada mata:"Engkau membawa penyakit kepadaku".

Sementara mata menuduh hati sebagai biang keladi kesialannya

Tubuh bersumpah bahwa mata berbohong

Matalah yang mengobarkan penyakit dalam hati

Akan tetapi, mata mengajukan banding sehingga kasus itu ditinjau kembali. Setelah melakukan pemeriksaan perkara, hakim mengeluarkan keputusan yang menyatakan keduanya bersalah. Tersebut dalam pasal hukum: mata dan hati bersekongkol melakukan tindak pidana pembunuhan bersama-sama. Keduanya berbagi peran dalan melakukannya.

Aku berada didua musuh

Yakni, hati dan mataku

Mata memandang dan hati berkeinginan

Sedangkan targetnya adalah kematian

4. Segenap Hati Mengabdi Kepada Alloh

Dalam kitab A-Fawa'id, Ibnu Qoyyim berkata: "Mengumbar pandangan sama dengan mengukir gambar obyek pandang dalam hati. Hati bagai Ka'bah, sementara dzat yang disembah tidak rela (bila banyak berhala didalamnya)". (Al-Fawa'id, 89)

Hati yang dinding-dindingnya terukir wajah kebenaran, terhapuslah wajah makhluk yang menempel diatasnya. Sehingga ia melihat Robb dan tidak mengejar selain ridho-Nya. Hal itu termanifestasi dalam seluruh kondisinya; baik rahasia atau terang-terangan, sungguh-sungguh atau senda gurau, berbicara atau diam dan dalam perjalanan atau mukim. Inilah yang menjadi ciri khas untuk mengenali kaum sholih ditengah hiruk pikuk kesesatan. Atau bisa juga disebut kesepakatan tak tertulis yang tejadi antara hati dan jiwa mereka. Orang-orang seperti mereka ini memiliki kesamaan cita-cita. Mereka berhasil mengecap manisnya bermunajat, kelezatan khusu' dan nikmatnya meniti Robb semesta alam. Sehingga, mereka mampu sampai kepada tujuan, sedangkan orang-orang selain mereka masih dalam kebingungan.

Kita ambil satu permisalan, seorang yang berniat safar dan telah menentukan arah perjalannya. ia ikat barang-barangnya dan mempersiapkan perbekalannya. Ia kerahkan segenap kemampuan dan kekuatan untuk menempuh perjalanan secepat mungkin, diiringi azam dan tekat bulatnya untuk segera sampai ketanah kelahiran. Dalam keadaan seperti ini, ia masih harus mewaspadai musuh tersembunyi yang berwujud bunga berwarna indah lagi semerbak bau harum yang menghadang perjalanan untuk memperlambat sampai tujuan. Bila ia tetap pada tekad dan kesadarannya, pasti ia tiba ditanah kelahirannya dengan segera dan dalam kondisi sehat. Namun bila ia terpedaya dan jatuh, bagaimana orang ini bisa sampai?! Waktu berbekal pendek, tidak mungkin ditunda-tunda lagi, lantas bagaimana dengan orang yang tidur? Waktu perjalanan yang seandainya ia mengerahkan semua kekuatan untuk menempuhnya, masih dikhawatirkan tidak sampai, lantas bagaimana lagi bila ia digapai oleh tangan-tangan kaum bathil?

Tanah kelahiran adalah surga.

Musuh tersembunyi adalah pandangan.

Sedangkan Musafirnya adalah anda sendiri.

Ibnu Jauzi menyenangi dunia hewan. Ia pun mangamatinya dari dekat dan mengambil satu perumpamaan guna lebih memperjelas permasalahan ini bagi orang yang mengaku tidak paham dan memiliki tingkat kecerdasan pas-pasan. Ia berkata:"Perhatikanlah kuda, ketika mendatangi air yang bening ia mengaduknya dengan kedua tangannya agar keruh. Tahukah kalian, kenapa ia melakukan hal itu? Sebab ia melihat bayangan dirinya dan bayangan lainnya di air. Maka ia membuatnya keruh agar bayangan-bayangan tersebut tidak jelas dan ia minum dengan tenang". (lihat Al-Mudhisy, 426-427, Ibnu Jauzi)

5. Berkah Keta'atan

Alloh memerintahkan hamba-hambanya supaya menahan pandangan. Karena, Dzat yang Maha Pencipta lebih paham tentang ciptaannya. Dzat yang telah memerintahkan pelurusan jiwa dan hati tahu tentang apa yang bisa mengandung kebaikan jiwa dan hati. Pun, Dzat yang patut (kita) bertaqwa kepada-Nya dan berhak memberi ampunan Maha Tahu akan jalan-jalan yang bisa mengantarkan pada kedua hal itu. Adakah yang memenuhi panggilan-Nya namun tidak merasakan kebahagiaan? Adakah yang menjawab seruan para da'i-Nya namun tidak mendapat ridho-Nya? Adakah yang merendahkan diri kepadaNya namun tidak mendapat kemuliaan? Adakah yang berjual beli dengan-Nya, namun tidak mendapat keuntungan?!

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur:30)

Abu Hamid Ghozali mengatakan:"Ketahuilah, saya telah menghayati ayat ini. Kendati pendek, ternyata ayat ini mengandung tiga pengertian yang sangat berharga, yakni: pendidikan, peringatan, dan ancaman".

Sisi Pendidikan tertera dalam firmanNya:" Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya,...". Sudah semestinya seorang hamba melaksanakan perintah tuhannya dan berprilaku sopan kepadanya. Bila tidak, berarti ia tidak memiliki etika sehingga perlu diisolasi, tidak diizinkan menghindari majelis dan menampakkan diri dihadapannya. Pahamilah poin ini dan pehatikan juga apa yang dikandungnya, karena sangat bernilai.

Sisi Peringatan tertera dalam firman-Nya:" yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka,....". firman ini memiliki pengertian –Allohu a'lam-:

Pertama, demikian itu lebih suci (athhar) bagi hati mereka. Kata Az-Zakah maksudnya Ath-Thoharoh (suci) dan At-Tazkiyah berarti At-Tathhir (pensucian).

Kedua :demikian itu lebih kaya dan banyak untuk kebaikan mereka. Pada dasarnya kata Az-zakah berarti an-numu (pertumbuhan). Jadi, Alloh memeringatkan bahwa menahan pandangan maupun mensucikan hati dan mengembangkan amal keta'atan. Buktinya, ketika anda tidak menahan pandangan dan membiarkannya melototi hal-hal yang bukan urusan anda, pasti anda terjerembab dalam keharaman. Bila anda menyengajanya, berarti itu merupakan dosa besar. Dan tidak menutup kemungkinan hati anda terpedaya sehingga anda pun binasa –jika Alloh tidak memberi rohmat-.

Sedangkan Sisi Ancaman tertera dalam firman-Nya:" Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur:30). (lihat Minhajul Abidin,31)

Definisi Tawakkal


Tawakkal sering diucapkan banyak orang disetiap pagi dan moment. Tapi, sedikit dari mereka yang memahami maknanya. Lalu diantara yang sedikit ini, sedikit pula yang menerapkannya dan merubahnya dari ungkapan kata realitas kongkrit dikehidupannya bersama dirinya sendiri, Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan masyarakat.

Tawakkal ialah anda melimpahkan seluruh urusan anda kepada Alloh ta'ala. Tawakkal juga berarti percaya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, beriman kepada kemampuan, kekuatan, dan ilmu-Nya. Jadi, tawakkal ialah bersandar secara total kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang diiringi dengan usaha dan hasilnya ialah beriman secara nyata kepada sebagian nama dan sifatNya.

Ibnu Qoyyim ra berkata: "tawakkal itu separoh agama dan separoh lainnya adalah inabah (taubah). Agama itu ibadah dan isti'anah (minta pertolongan). Tawakkal ialah minta pertolongan dan inabah adalah ibadah".

Jika anda minta pertolongan kepada Alloh ta'ala, itu berarti anda mengakui diri anda lemah dan bodoh, beriman kepada ilmu Alloh dan kekuasaanNya. Lalu, anda tunduk kepadaNya, minta pertolonganNya, dan mencintaiNya. Itu semua makna Ibadah.

Nabi Yusuf dan Dua Shahabatnya

Ditafsirnya, Ibnu Qoyyim menguatkan pendapat bahwa hukuman Alloh ta'ala kepada Nabi Yusuf alaihi salam, berupa mendekam beberapa tahun dipenjara disebabkan beliau minta pertolongan manusia, sebelum kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu terjadi saat Nabi Yusuf berkata kepada shahabatnya, yang beliau yakini akan bebas.

Artinya: "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu". (QS. Yusuf: 42)

Yang dimaksud dengan kata tuanmu pada ayat ini adalah rajamu. Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Maka syaitan menjadikan dia lupa ingat tuhannya". (QS. Yusuf: 42).

Maksudnya syaithon membuat Nabi Yusuf alaihissalam lupa minta pertolongan kepada Alloh ta'ala, dengan menyebut tuhan hakikinya malah minta pertolongan kepada manusia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya". (QS. Yusuf: 42).

Alloh ta'ala tidak rela seseorang minta bertawakkal kepada selain dia, karena selain Dia tidak punya daya dan upaya. Selain Dia kendati punya kekuatan digdaya, kekuasaan tidak terbatas, persenjataan modern, namun ia tidak lebih dari salah seorang hambaNya, dimana seluruh gerakan, bisikan, dan keinginannya berada dibawah keinginan dan kekuasaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Maryam Menggoyang Pohon Kurma

Kita kagum dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala disurat Maryam:

Artinya:"Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu". (QS. Maryam: 25)

Bagaimana mungkin Maaryam dalam kondisi nifas, lelah, dan capek setelah melahirkan, hingga tidak dapat bergerak sedikitpun, tetapi mampu menggoyang pohon kurma? Padahal kita tahu pohon kurma itu pohon paling kokoh dan akar-akarnya paling kuat dibandingkan pohon-pohon lain? Selain itu, tandan pohon kurma, yang perlu digoyang agar kurmanya jatuh tentu tinggi sekali, hingga tidak mampu dijangkau tangan bagaimana Maryam, yang notabene wanita, yang diantara karakternya lemah, ditambah dengan kondisi lemah setelah melahirkan dan hamil, serta kondisi kejiwaan tidak ideal sebab ia ketakutan dituduh pezina oleh keluarganya padahal ia orang yang suci, tapi ia sanggup menggoyang pohon kurma?

Itulah ketentuan Alloh ta'ala dalam mencurahkan tenaga, agar makna hakiki tawakkal terealisir dengan manis. Karena itu, orang yang bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala harus mencurahkan tenaga dan usaha. Inilah ketetapan Allohta'ala. Makna ini terlilhat dengan jelas dibanyak ayat Al-Qur'an dan siroh Nabi Shollollohu ‘alaihi wa Sallam. Kita lihat firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

Artinya:"Maka (yang sebenarnya) bukan kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allohlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Alloh-lah yang melempar. (Alloh berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Alloh Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al Anfaal: 17).

Itu setelah Nabi Shollollohu ‘alaihi wa Sallam mengambil segenggam tanah dan melemparkannya kewajah orang-orang kafir disalah satu perang. Lalu tanah mengenai mata seluruh orang kafir dan menjadi salah satu sebab kemenangan kaum muslimin. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki usaha tersebut pada Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam, yaitu melempar segenggam tanah, sedang pemberi kemenangan hakiki adalah Aloh Subhanahu wa Ta’ala sendiri. Karena itu, Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak "memperhitungkan" lemparan Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam dan menganggap lemparanNya. Sebab setelah bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam tidak menambah sesuatu apapun diusaha beliau. Hal yang sama terjadi pada tongkat Nabi Musa alaihissalam.

Ah, Seandainya Kita Bersama Mereka!

Sungguh berbahagia orang yang menerapkan makna hakiki tawakkal diseluruh aspek kehidupannya, karena ada bebagai kabar gembira untuknya. Yaitu seperti berikut:

1) Ia punya kans besar masuk kelompok tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa hisab, seperti disebutkan di shohih Al-Bukhori dan Muslim serta ayat:

Artinya:"Dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal". (QS. Al Anfaal: 2).

2) Pengenalannya kepada Alloh ta'ala meningkat ketika ia merealisir nama dan sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, seperti Al-Qodir (Maha Kuasa), Ar-Rozzaq (Pemberi Rizqi), Al-Muhyi (Dzat yang Menghidupkan), Al-Mumit (Dzat yang Mematikan), dan lain-lain. Ia pun makin dekat dengan-Nya.

3) Ia tidak melakukan syirik dan tidak tertarik kepada apa saja selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Ia juga semakin mulia.

4) Ia makin ridho dengan takdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Inilah kepasrahan total hati kepada-Nya.

5) Hatinya tidak ada lagi takut kepada makhluk. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"(yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung".

6) Ia semakin mendapatkan petunjuk, dilindungi dari hal-hal yang buruk, dan seluruh kebutuhannya dicukupi . Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

مَنَ قَالَ يَعْنِيْ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَا وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ ، يُقَالُ لَهُ: هُدِيْتَ وَوُقِيْتَ وَكُفِيْتَ. فَيَقُوْلُ الشَّيْطَانُ لِأَخَرٍ: كَيْفَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ

"Barangsiapa ketika keluar rumah berkata: 'Dengan menyebut nama Alloh, aku bertawakkal kepada-Nya. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan-Nya', maka dikatakan kepadanya: engkau mendapatkan petunjuk, dilindungi, dan dicukupi'. Syaithon berkata kepada (syaithon) yang lain: bagaimana (engkau menaklukkan) orang yang telah mendapat petunjuk, dicukupi, dan dilindungi". (HR. At-tirmidzi dan dishohihkan Al-Bani)

 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi