Senin, 26 Oktober 2009

Para Pecinta Waktu Fajar

Fajar salah satu simbol kemunculan semua kebaikan. Simbol kemenangan. Lambang kehidupan. Identitas masa muda. Bukti gerak dan dinamisme. Dalil kebenaran dan keadilan. Fajar terjadi pada waktu yang hening. Selain itu, fajar merupakan saat-saat keheningan, moment pembagian rizki, sholat fajar (shubuh) bukti nyata kuatnya iman dan kesuciannya dari kemunafikan, sebab waktu itu saat serba sulit bagi jiwa manusia. Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim:

إِنَّ أَثْقَلَ الصَّلَاةِ عَلَى المُنَافِقِيْنَ صَلَاةُ العِشَاءِ وَ صَلَاةُ الفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيْهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

"sholat yang paling berat pelaksanaannya bagi oranng-orang munafik ialah sholat isya' dan sholat shubuh. Jika mereka tahu (keutamaan) pada keduanya tentu mereka mengerjakannya kendati dengan merangkak".(HR. Bukhori dan Muslim).

Udara Pagi

Dr. Abdulloh Hamid Dayyab berkata:" maanfat kesehatan yang diperoleh orang dengan bangun pagi banyak sekali. Diantaranya, gas O3 diudara sangat melimpah saat fajar, kemudian berkurang sedikit demi sedikit, hinnga habis ketika matahari terbenam. Gas O3 mempunyai pengaruh yang positif pada urat saraf, mengaktifkan kerja otak dan tulang. Ketika seseorang menghirup udara fajar yang dinamakan udara pagi, dia merasakan kenikmatan dan kesegaran tiada taranya diwaktu manapun, baik siang atau malam".

Dua Rokaat Sholat Fajar

Dua rokaat sholat fajar adalah sholat sunnah qobliyah (sebelum) sholat shubuh. Sholat ini disukai Rosululloh saw, hingga beliau bersabda:

"رَكْعَتَا الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا"

"dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya".(HR. Muslim).

Diriwayat Muslim menyebutkan:

"لَهُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا"

"Sungguh, dua rokaat fajar lebih aku sukai dari pada dunia semuanya".(HR. Bukhori dan Muslim).

Jika dunia dan seisinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dua rokaat sholat sunnah fajar (shubuh) dimata Nabi saw, bagaimana sholat shubuhnya itu sendiri?.

Orang yang Mengerjakan Sholat Shubuh dan Sholat Ashar tidak Masuk Neraka

Rosululloh saw menyebutkan, siapa saja konsisten mengerjakan sholat Shubuh dan sholat Ashar, ia masuk surga dan dijauhkan dari neraka. Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan sabda Nabi saw tersebut:

"مَنْ صَلَّى البَرْدَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ"

"barangsiapa mengerjakan sholat Shubuh dan sholat Ashar, ia masuk surga". (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Rosululloh saw juga bersabda:

"لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّّى قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا"

"Siapapun yang mengerjakan sholat sebelum matahari terbit (sholat Shubuh) dan terbenam (sholat Ashar), maka tidak akan masuk neraka". (HR. Muslim).

Imam Al-Munawi rhm berkata: Rosululloh saw memberi penekanan khusus pada sholat Shubuh dan sholat Ashar, karena punya nilai lebih dibandingkan sholat-sholat lainnya, atau karena disaksikan Malaikat yang bertugas malam dan siang hari, atau karena dua sholat itu sulit dikerjakan manusia, sebab waktu Ashar waktu sibuk, sedang waktu Shubuh waktu sulit. Karenanya, barangsiapa memperhatikan kedua sholat itu, ia pasti memperhatikan sholat-sholat lainnya. Barangsiapa mengerjakan kedua sholat itu dengan konsisten, tentu ia lebih konsisten mengerjakan sholat-sholat lainnya dan hampir tidak lalai. Jika ia seperti itu, dosa-dosanya diampuni dan ia akan masuk surga".

Kita amat prihatin pada orang-orang yang mengklaim dirinya da'i yang berbai'at kepada Alloh swt untuk mengemban amanah da'wah. Faktanya, mereka manusia paling malas mengerjakan sholat Shubuh berjama'ah. Hati mereka terbiasa dengan kondisi seperti itu, lalu memandang diri mereka bermasalah jika tidak mengerjakan sholat Shubuh berjama'ah dan tidak menghisab diri mereka atas kelalaian ini. Bagaimana orang mempredikatkan dirinya da'i yang mengajak kebaikan, tapi ia punya jiwa yang tidak mengecam prilakunya yang tidak mengerjakan salah satu rukun Islam? Apakah ia tidak takut dicap sebagai orang munafik?

Qur'anul Fajar

Alloh swt berfirman:

Artinya:"Dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)".(QS. Al-Isro':78).

Yang dimaksud dengan Qur'anul fajr pada ayat diatas adalah sholat Fajar (Shubuh), yang disaksikan para Malaikat. Rosululloh saw bersabda:

"Malaikat yang bertugas malam dan Malaikat siang pergi secara pergantian kepada kalian. Mereka bertemu saat sholat Shubuh dan sholat Ashar. Malaikat yang bertugas malam naik, lalu ditanya Alloh swt, padahal dia lebih tahu dari pada mereka: Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hambaku? Para Malaikat yang bertugas malam menjawab: kami tinggalkan mereka saat mereka mengerjakan sholat".(HR. Bukhori dan Muslim).

Betapa bahagianya orang yang mampu berjihad melawan dirinya, tidak mengubris kenikmatan dan kehangatan "ranjang", serta melawan semua daya tarik yang menyeretnya ke"ranjang", demi mendapatkan "cek" bersih dari sifat orang munafik, menjadi orang-orang yang layak menerima berita gembira Rosululloh saw akan masuk surga, memperoleh kesaksian para malaikat dari pertanyaan Alloh swt. Karena keagungan fajar, Alloh swt bersumpah dengannya saat berfirman:

Artinya:"Demi fajar. Dan malam yang sepuluh". (QS. Al-Fajr:1-2).

Fajar itu Standar untuk Menilai Orang

Para shohabat rhum menjadikan sholat Shubuh berjama'ah sebagai standar untuk menilai orang. Barangsiapa hadir disholat Shubuh berjama'ah, mereka mempercayainya. Dan barangsiapa tidak menghadirinya, mereka berburuk sangka padanya. Ibnu Umar ra berkata:" jika kita tidak mellihat seseorang dijama'ah sholat Shubuh dan Isya', kita berburuk sangka padanya".

Apakah perkataan Ibnu Umar ra ini tidak mengguncang hati da'i dewasa ini, membuat mereka berlomba-lomba orang lain untuk menghirup udara pagi, menjadi orang-orang terdepan yang akan ditulis dibuku Malaikat yang bertugas malam dan siang hari, serta menjadi pecinta-pecinta fajar?

. ma'a ath-thibbi fi Al Qur'an al karim, hal.108.

. Faidul Al-Qodir, jilid 6, hal. 146.

. lihat Shohih Ibnu Khuzaimah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi