Sabtu, 31 Oktober 2009

Laba Menahan Pandangan


1. Indahnya kemenangan


Berupa mengecap manisnya keimanan, nikmatnya bermujahadah, buah kesabaran serta kebahagiaan atas keberhasilan mengalahkan degelasi dan utusan hawa nafsu. Inilah kriteria ksatria sejati dan keberanian tiada duanya; yakni menghindari perbuatan-perbutan hina, mensucikan diri dari berbagai noda dosa, memerdekakan diri dari perbudakkan hawa nafsu dan bangkit menggapai cita-cita mulia.

Pemberani bukalah yang mampu mempertahankan kendaraan dimedan tempur ketika api perang berkobar

Tapi, pemuda yang menahan pandangan atau memalingkan penglihatan dari keharaman, itulah pahlawan dan jawara sejati

Oleh karena itu, Sufyan Ats-Tsauri menafsirkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

Artinya:"Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah".(QS. An Nisaa': 28)

Sebagai berikut:"Seorang wanita melewati seorang laki-laki. Si laki-laki itu tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatnya, meskipun tahu dia tidak bisa menikmatinya. Adakah sesuatu yang lebih lemah dari makhluk ini?". (lihat, Dzammul Hawa, 78. Ibnu Jauzi)

Sedang orang yang kuat imannya dapat mengontrol diri dan mengendalikan urusannya sehingga ia mampu menahan pandangan. Karenanya ia berhak mendapat cinta Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan predikat 'lebih baik' melalui lisan sebaik-baik makhluk, Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam, yang tertera dalam sabda beliau:

المُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إَلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

Artinya:"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh dari pada orang mukmin yang lemah". (HR. Muslim)

2. Firasat yang tepat

Firasat (kata hati) yang tepat menjadi reward keimanan terpendam bagi orang yang menahan pandangannya; khusus disediakan baginya dan tidak bisa direbut oleh orang lain kecuali yang seperti dirinya. Firasat ini yang membedakan antara orang jujur dan orang dusta, orang yang benar dan orang yang bathil, orang yang menangis dan orang yang pura-pura menangis. Firasat inipun merupakan buah sikap menahan pandangan yang paling berharga prestisius. Syah bin Sujak Kirmani berkata:" Barangsiapa mewarnai sisi lahiriyahnya dengan mengikuti Sunnah dan memenuhi bathinnya dengan selalu bermuroqobah (merasa diawasi Alloh), menahan pandangannya dari yang haram, mengendalikan dirinya dari rongrongan hawa nafsu dan membiasakan diri dengan makanan halal, niscaya firasatnya tidak meleset". (lihat Ighotsatulahfan min Makayidis Syaithon, 59 Ibnu Qoyyim Az-Jauziyah)

Ibnu Qoyyim menjelaskan rahasia dibalik karunia ini, ia berkata:" Rahasianya, karena pahala itu sejenis dengan perbuatan. Siapa yang menahan pandangan dari hal-hal yang Alloh haramkan untuk dipandang, pasti Alloh akan memberinya ganti yang sejenis dan lebih baik. Oleh karena ia telah menahan cahaya matanya dari yang haram, maka Alloh menajamkan cahaya mata hatinya. Sehigga ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang yang enggan menahan pandangan dari hal-hal yang haram. Demikian bisa dirasakan seseorang didalam dirinya. Sesungguhnya hati laksana cermin, sedangkan hawa nafsu seperti debu yang menutup permukaannya. Bilamana cermin bersih dari kotoran debu, maka bayangan-bayangan tidak muncul sehingga ilmu dan ucapannya hanya berdasarkan rekaan dan dugaan". (lihat Ighotsatulahfan min Makayidis Syaithon, 60)

Utsman bin Affan rodiyallohu'anhu adalah salah seorang yang dikenal memiliki firasat tajam. Ia malu kepada Alloh sehingga para malaikat-Nya malu kepadanya. Ia menahan pandangannya dari perbuatan-perbuatan dosa, sehingga Alloh menganugrahinya firasat yang bisa dipergunakan mengungkap borok-borok orang yang mengumbar mata karena mengira tidak ada orang yang mengetahui prilakunya tersebut. Tapi Utsman mengetahui dan membeberkanya. Buka untuk mempermalukannya, tapi untuk menasehatinya. Konon,ada seorang laki-laki masuk menemuinya, lantas Utsman berkata kepadanya:"Salah seorang kalian masuk menemuiku, sementara perbuatan zina ada didua pelupuk matanya". orang itu berkata: "Apakah ini wahyu yang datang sepeninggal Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam? Ia menjawab:" Bukan wahyu , tetapi firasat yang tepat". (lihat Ath-Thuruq Hukmiyah fi Siyasah Asy-Syar'iyah, 43 Ibnu Qoyiim).

3. Membentengi Hati dari Penyusupan Syaithon

Hati bagaikan rumah, sedangkan mata adalah pintunya. Pencuri tidak akan menerobos masuk rumah kecuali bila pintunya bisa dibuka. Bila ia telah masuk, maka akan menguras perhiasan keimanan dan permata taqwa. Kemudian meniggalkan hati porak poranda, terbengkalai. Waspadailah terhadap pencuri ini, karena ia sangat lincah bergerak. Baginya satu detik saja sudah cukup untuk menyusup masuk. Oleh sebab itu, ketika Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam ditanya tentang pandangan yang tiba-tiba, beliau bersabda:

اصْرِفْ بَصَرَكَ

Artinya:"Alihkan tatapanmu". (HR. Muslim)

Maksudnya, tutuplah pintu rapat-rapat, pasanglah penjaga yang gagah perkasa berupa tentara-tentara muroqobah dan jangan anda buka walau sekejap saja. Kala seperti inilah, keputus asaan menjalar ke hati iblis sehingga ia pun kembali dalam keadaan hampa dan meninggalkanmu dalam keadaan tidak kurang sedikitpun.

Manakala terjadi persengketaan antara hati dan mata, jurang perselisihan keduanya begitu luas, masing-masing melemparkan kesalahan kepada yang lain lantaran sakit dan kepedihan yang dirasa, maka keduanya mengadukan permasalahan pada tubuh yang akhirnya memutuskan bahwa matalah yang bersalah.

Hati berkata kepada mata:"Engkau membawa penyakit kepadaku".

Sementara mata menuduh hati sebagai biang keladi kesialannya

Tubuh bersumpah bahwa mata berbohong

Matalah yang mengobarkan penyakit dalam hati

Akan tetapi, mata mengajukan banding sehingga kasus itu ditinjau kembali. Setelah melakukan pemeriksaan perkara, hakim mengeluarkan keputusan yang menyatakan keduanya bersalah. Tersebut dalam pasal hukum: mata dan hati bersekongkol melakukan tindak pidana pembunuhan bersama-sama. Keduanya berbagi peran dalan melakukannya.

Aku berada didua musuh

Yakni, hati dan mataku

Mata memandang dan hati berkeinginan

Sedangkan targetnya adalah kematian

4. Segenap Hati Mengabdi Kepada Alloh

Dalam kitab A-Fawa'id, Ibnu Qoyyim berkata: "Mengumbar pandangan sama dengan mengukir gambar obyek pandang dalam hati. Hati bagai Ka'bah, sementara dzat yang disembah tidak rela (bila banyak berhala didalamnya)". (Al-Fawa'id, 89)

Hati yang dinding-dindingnya terukir wajah kebenaran, terhapuslah wajah makhluk yang menempel diatasnya. Sehingga ia melihat Robb dan tidak mengejar selain ridho-Nya. Hal itu termanifestasi dalam seluruh kondisinya; baik rahasia atau terang-terangan, sungguh-sungguh atau senda gurau, berbicara atau diam dan dalam perjalanan atau mukim. Inilah yang menjadi ciri khas untuk mengenali kaum sholih ditengah hiruk pikuk kesesatan. Atau bisa juga disebut kesepakatan tak tertulis yang tejadi antara hati dan jiwa mereka. Orang-orang seperti mereka ini memiliki kesamaan cita-cita. Mereka berhasil mengecap manisnya bermunajat, kelezatan khusu' dan nikmatnya meniti Robb semesta alam. Sehingga, mereka mampu sampai kepada tujuan, sedangkan orang-orang selain mereka masih dalam kebingungan.

Kita ambil satu permisalan, seorang yang berniat safar dan telah menentukan arah perjalannya. ia ikat barang-barangnya dan mempersiapkan perbekalannya. Ia kerahkan segenap kemampuan dan kekuatan untuk menempuh perjalanan secepat mungkin, diiringi azam dan tekat bulatnya untuk segera sampai ketanah kelahiran. Dalam keadaan seperti ini, ia masih harus mewaspadai musuh tersembunyi yang berwujud bunga berwarna indah lagi semerbak bau harum yang menghadang perjalanan untuk memperlambat sampai tujuan. Bila ia tetap pada tekad dan kesadarannya, pasti ia tiba ditanah kelahirannya dengan segera dan dalam kondisi sehat. Namun bila ia terpedaya dan jatuh, bagaimana orang ini bisa sampai?! Waktu berbekal pendek, tidak mungkin ditunda-tunda lagi, lantas bagaimana dengan orang yang tidur? Waktu perjalanan yang seandainya ia mengerahkan semua kekuatan untuk menempuhnya, masih dikhawatirkan tidak sampai, lantas bagaimana lagi bila ia digapai oleh tangan-tangan kaum bathil?

Tanah kelahiran adalah surga.

Musuh tersembunyi adalah pandangan.

Sedangkan Musafirnya adalah anda sendiri.

Ibnu Jauzi menyenangi dunia hewan. Ia pun mangamatinya dari dekat dan mengambil satu perumpamaan guna lebih memperjelas permasalahan ini bagi orang yang mengaku tidak paham dan memiliki tingkat kecerdasan pas-pasan. Ia berkata:"Perhatikanlah kuda, ketika mendatangi air yang bening ia mengaduknya dengan kedua tangannya agar keruh. Tahukah kalian, kenapa ia melakukan hal itu? Sebab ia melihat bayangan dirinya dan bayangan lainnya di air. Maka ia membuatnya keruh agar bayangan-bayangan tersebut tidak jelas dan ia minum dengan tenang". (lihat Al-Mudhisy, 426-427, Ibnu Jauzi)

5. Berkah Keta'atan

Alloh memerintahkan hamba-hambanya supaya menahan pandangan. Karena, Dzat yang Maha Pencipta lebih paham tentang ciptaannya. Dzat yang telah memerintahkan pelurusan jiwa dan hati tahu tentang apa yang bisa mengandung kebaikan jiwa dan hati. Pun, Dzat yang patut (kita) bertaqwa kepada-Nya dan berhak memberi ampunan Maha Tahu akan jalan-jalan yang bisa mengantarkan pada kedua hal itu. Adakah yang memenuhi panggilan-Nya namun tidak merasakan kebahagiaan? Adakah yang menjawab seruan para da'i-Nya namun tidak mendapat ridho-Nya? Adakah yang merendahkan diri kepadaNya namun tidak mendapat kemuliaan? Adakah yang berjual beli dengan-Nya, namun tidak mendapat keuntungan?!

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur:30)

Abu Hamid Ghozali mengatakan:"Ketahuilah, saya telah menghayati ayat ini. Kendati pendek, ternyata ayat ini mengandung tiga pengertian yang sangat berharga, yakni: pendidikan, peringatan, dan ancaman".

Sisi Pendidikan tertera dalam firmanNya:" Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya,...". Sudah semestinya seorang hamba melaksanakan perintah tuhannya dan berprilaku sopan kepadanya. Bila tidak, berarti ia tidak memiliki etika sehingga perlu diisolasi, tidak diizinkan menghindari majelis dan menampakkan diri dihadapannya. Pahamilah poin ini dan pehatikan juga apa yang dikandungnya, karena sangat bernilai.

Sisi Peringatan tertera dalam firman-Nya:" yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka,....". firman ini memiliki pengertian –Allohu a'lam-:

Pertama, demikian itu lebih suci (athhar) bagi hati mereka. Kata Az-Zakah maksudnya Ath-Thoharoh (suci) dan At-Tazkiyah berarti At-Tathhir (pensucian).

Kedua :demikian itu lebih kaya dan banyak untuk kebaikan mereka. Pada dasarnya kata Az-zakah berarti an-numu (pertumbuhan). Jadi, Alloh memeringatkan bahwa menahan pandangan maupun mensucikan hati dan mengembangkan amal keta'atan. Buktinya, ketika anda tidak menahan pandangan dan membiarkannya melototi hal-hal yang bukan urusan anda, pasti anda terjerembab dalam keharaman. Bila anda menyengajanya, berarti itu merupakan dosa besar. Dan tidak menutup kemungkinan hati anda terpedaya sehingga anda pun binasa –jika Alloh tidak memberi rohmat-.

Sedangkan Sisi Ancaman tertera dalam firman-Nya:" Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur:30). (lihat Minhajul Abidin,31)

0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi