Rabu, 21 April 2010

MANAKAH, ENGKAU PILIH

Saudaraku.... rohimahulloh.

Bacalah beberapa barisan tulisan di bawah ini dan jatuhkanlah untaian maknanya di pipimu yang engkau gunakan untuk tidur..

Penulis Ihya' mengatakan: "Ketahuilah bahwasannya dosa kecil bisa menjadi besar karena beberapa sebab, di antaranya terus dan selalu melakukan. Karenanya di katakan, tidak ada dosa kecil bila di lakukan secara terus menerus dan tidak ada dosa besar bila di iringi dengan istighfar.

Satu dosa besar yang terputus dan tidak di ikuti dosa lainnya itu lebih bisa di harapkan mendapat ampunan di banding dosa kecil yang di tekuni oleh seorang hamba. Gambaran-nya demikian, tetesan air yang jatuh di atas batu secara terus menerus bisa membekas. Akan tetapi sebanyak air yang sama seandainya di siramkan sekaligus pada batu tersebut, maka tidak akan membekas. Oleh karena itu, Nabi sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

(( أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ )).

"Perbuatan-perbuatan yang paling di cintai oleh Alloh adalah yang berjalan paling lama, meskipun sedikit". (HR. Bukhori: 6464 dan Muslim: 1866)

Sesuatu itu bisa di kenal dengan kebalikannya. Bilamana amal yang bermanfa'at walaupun sedikit, maka amal banyak yang terputus tidak terlalu berguna untuk menyinari dan membersihkan hati. Demikian halnya keburukan yang sedikit, bila selalu di lakukan niscaya efeknya dalam menggelapkan hati begitu terasa". (Ihya Ulumuddin: 4/ 34)

Rehatlah sebentar...

Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman:

{ وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ }

"Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kalian. kami memberi kalian minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah di telan bagi orang-orang yang meminumnya". (QS. an Nahl [16]: 66)

Kendaraan unta. Harganya sangat mahal karena ia mampu bersabar mengarungi perjalanan panjang dengan bekal pas-pasan. Maka ia berhak dimulyakan, di hiasi dan hidupnya terhormat sampai ajal menjemput. Sedangkan unta-unta piaraan berharga murah karena ia tidak sabar dan tidak kuat menghadapi medan perjalanan. Ia makan untuk di makan dan di manja untuk di potong. Paling bentuk pemuliannya adalah tidak memperhatikan pisau kepadanya saat hendak disembelih.

Buaya. Bila ia selesai bersantap, ia membuka mulutnya lebar-lebar untuk memberi kesempatan burung pipit yang kecil yang kecil mencari sisa-sisa makanan di antara sela-sela giginya, karena khawatir ulat melubanginya. Sebagian orang giginya sudah lama di lubangi ngengat tanpa mau mengizinkan seorang pun mengambil pangkal penyakit. Ia tidak seperti buaya, pun tidak meniru burung pipit. Saudaraku bila engkau bukan inisiator, jadilah pemberi respon. Jika engkau tidak pandai berkhutbah, maka hadirilah untuk mendengarkan khutbah. Jika engkau tidak bisa menyampaikan kajian, maka ikutilah kajian. Jika engkau tidak cakap memperbaiki orang lain, maka jangan gengsi bila orang lain memperbaiki dirimu.

Merpati pos. Apabila ia di lepas tuannya untuk menyampaikan sepucuk surat, maka ia mengarungi lautan terik panas matahari. Ia terbang siang dan malam tanpa mempedulikan angin, hujan, petir dan kilat yang menghalanginya. Ia terbang tinggi agar tidak terkena anak panah pemburu. Ini pun, ia masih harus menahan diri untuk tidak turun memungut biji gandum yang di tebarkan demi menghindari perangkap yang bisa menghambat perjalanan atau mematahkan sayap, sehingga surat tersia-siakan. Setelah menyerahkan surat, ia bebas terbang ke angkasa, memakan apa pun yang di inginkannya. Wahai pembaca risalah penghambaan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala, apa yang telah engkau arungi? Setinggi apa engkau naik? Jebakan penghambat apa yang telah engkau waspadai? Celaka kamu. Satu celupan di surga mampu melupakan kepedihan sepanjang usia. Sekejap waktu di surga lebih baik di banding dunia dan seisinya. Kenapa masih ragu?

Kucing. Jika sekali saja engkau berbuat baik kepadanya, maka setiap kali ia melihatmu, maka ia akan bersikap manja dan menggosok-gosokkan dirinya kebajumu. Sedangkan engkau, setiap partikel dalam tubuhmu menyaksikan kebaikan kami dan setiap helai rambut di badanmu di liputi nikmat-nikmat kami. Namun begitu, setiap kali kami membuatmu mencintai kami, engkau malah membenci kami. Setiap kali kami mendekatkanmu kepada kami, maka engkau malah mencintai selain kami. Setiap kali kami menjalin hubungan denganmu, maka engkau malah bersikap kasar kepada kami. Engkau memusuhi kami, padahal engkau sangat membutuhkan kami. Kami mengajakmu berdamai, meskipun kami sangat tidak membutuhkan dirimu. Tidaklah engkau belajar dari binatang, wahai pemilik hati yang linglung. Jangan merasa paling mampu! Sungguh, Qobil belajar mengubur saudaranya dari seekor burung gagak dan Saulaiman mengetahui berita tentang Bilqis dari burung Hud-hud.

Semut. Kendati bertubuh kecil dan lemah, di musim panas ia sanggup membawa makanan yang beratnya jauh diatas berat tubuhnya sebagai persediaan di musim dingin. Nikmatnya makanan di musim panas tidak membuatnya terlena dari mengumpulkan makanan untuk persediaan musim dingin, karena ia tahu begitu ganasnya lapar di musim ini. Pun, lantaran ia bisa mengambil pelajaran dari banyaknya yang binasa di musim ini. Saudaraku, pahamilah dunia ini sebagai musim panas dan akhirat sebagai musim dingin. Memang sedikit orang yang bisa mengambil pelajaran. Semoga Alloh melimpahkan rohmatnya kepadamu.

Keledai. Ia akan berjalan pulang kerumah di malam gulita da tetap tak tersesat. Bila ia di lepas, ia bisa sampai ke rumah tanpa ada penuntun. Masih lagi, ia bisa membedakan antara suara aba-aba berhenti dan aba-aba berajalan. Wahai orang yang kehilangan jalan kesurga, wahai orang yang tidak sanggup membedakan suara penyeru surga dan penjual neraka, dalam cita-cita, engkau belum sepadan dengan keledai. Bila paham, maka engkau lupa doro. Semakin engkau dekat dengan kkubur, maka bertambah pula kelesuanmu beramal. Dekatnya ajal menambah angan-anganmu. Seringnya engkau memakamkan orang-orang terpandang tidak sanggup memalingkan dari menggapai keterpandangan. Duhai, betapa banyak kita menzholimi kawanan keledai.

Jalalah. Yaitu, setiap hewan darat yang boleh dimakan dagingnya, namun ia mengkonsumsi makanan najis, sehingga dagingnya menjadi kotor. Para ulama' fiqih mengharamkan mengkonsumsi dagingnya sebelum dikarantina selama 40 hari. Dalam masa karantina ini, ia hanya mengkonsumsi makanan yang baik agar dagingnya menjadi baik dan halal di makan. Kebanyakan manusia tenggelam dalam keharaman, sehingga keadaanya rusak dan dagingnya kotor. Betapa mereka sangat membutuhkan karantina sebagaimana jalalah; agar mereka hanya mendengar ucapan-ucapan baik dan mengamalkan perbuatn-perbuatan yang baik pula. Sampai ruh dan jiwa mereka bersih serta suci. Dengan demikian, mereka berhak masuk ke dalam surga yang tidak dihuni kecuali oleh, "Orang-orang yang di wafatkan dalam keadaan baik oleh pada Malaikat" (QS. an-Nahl [16]: 32). Saat itulah, indra dengar mereka riang mendengarkan'nyanyian' kekal para malaikat, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilahsurga ini, sedang kamu kekal didalamnya". (QS. az-Zumar [39]: 73)

Sebagian orang adalah binatang berkulit manusia, hewan bermuka manusia. Ada yang berwatakkeledai; mengitari gilingannya tanpa mau selangkah maju ke depan. Menceraikan akhirat dan memperistri dunia. Kokoh di siang hari, namun rapuh di malam hari. Maha suci Dzat yang mengangkat binatang satu derajat di atasnya, sebab binatang bermanfa'at bagi makhluk lainnya sementara ia tidak berguna bagi dirinya sendiri, terlebih bagi orang lain. Bukankah aku sampaikan kepadamu firman Alloh subhanahu wa ta'ala:

{ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا }

"Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)". (QS. al Furqaan [25]: 44)

Ada yang seperti ulat sutra, mati di tengah-tengah tenunannya. Kelembutan sikapnya terhadap hawa nafsu begitu mengagumkan. Persaudaraan dirinya dengan setan demikian erat. Berupaya membunuh diri sendiri dengan kedua tangannya dan berjalan menuju neraka dengan langkah-langkah mantap. Semboyan mereka dalam hidup ini adalah firman Alloh subhanahu wa ta'ala:

{ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ }

"Mereka membinasakan diri mereka sendiri". (QS. at Taubah [9]: 42)

Ada yang seperti burung unta; menyembunyikan kepalanya di dalam pasir. Ia mengira tidak ada yang melihat kefasikan dan perbuatan dosanya. Menganggap tidak pernah membunuh, sementara darah para korban melumuri kedua tangannya. Mengaku tidak mencuri, sementara sidik jarinya memenuhi TKP (tempat kejadian perkara). Ia berbalutkan busana takwa, sementara sisa-sisa alkohol menetes dari mulutnya. Orang-orang seperti ini saperti yang disampaikan oleh Alloh subhanahu wa ta'ala:

{ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ }

"Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar". (QS. al Baqarah [2]: 9)

Ada yang berkarakter seperti bunglon. Bergabung dalam majelis orang-orang sholih untuk mendengarkan surat Al-A'rof dan Hud, tapi ia juga menyukai kumpulan orang-orang tholih (buruk) dan merasa gembira menikmati petikan gitar dan dawai. Mereka tidak mendapat kesetiaan karena jiwa oportunis yang disampaikan oleh Alloh subhanahu wa ta'ala:

{ مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا }

"Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya". (QS. an Nisaa' [4]: 143)

Ada yang seperti kelelawar. Senang kegelapan dan membenci cahaya. Menganggap lezat kemaksiatan dan menuduh getir ketaatan. Pemahaman-pemahamannya terbalik, karen fitroh jiwanya juga terbalik. Karenanya: "Dan apabila Hanya nama Alloh saja disebut, kesAlloh hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Alloh yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati". (QS. az Zumar [39]: 45)

Jumat, 26 Maret 2010

NILAI KEHIDUPAN

Alloh subhanahu wa ta'ala tidak menciptakan kehidupan dan manusia secara sia-sia tanpa tujuan. Alloh subhanahu wa ta'ala

berfirman:

"Maka Apakah kalian mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada kami?". (Al-Mukminun [23]: 115)

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (hanya) kepada-Ku". (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

Orang berakal dengan akal yang diberikan Alloh kepadanya dan fitroh yang ditinggalkan Alloh padanya mengetahui bahwa alam semesta yang dibangun diatas system yang cermat, juga manusia diciptakan dalam bentuk yang paling baik itu wajib mempunyai tujuan agung dan tinggi dibalik penciptaan keduanya. Dengan sendirinya, orang yang menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya, membiarkannya kosong, dan hilang secara sia-sia itu bertentangan dengan hakikat ini. Karena itu manusia wajib mempunyai tujuan disetiap waktu dan perbuatannya dan memprogram kehidupannya berdasarkan prinsip ini. Jika anda memikirkan kisah orang-orang sukses terdahulu, anda pasti melihat bahwa kesuksesan mereka di kehidupan itu karena membuat tujuan untuk kehidupannya. Hasan Al-Basri rohimahulloh berkata tentang Umar bin Abdul Aziz: "Aku tidak menduga Umar bin Abdul Aziz rohimahulloh melangkah satu langkah, melainkan ia mempunyai niat didalamnya".

Salman Al-Farisi rodhiallohu anhu berkata: "Sesungguhnya aku mengharapkan pahala dari tidurku, sebagaimana aku mengharapkan pahala dari tidak tidurku".

Tujuan kehidupan manusia terbagi ke dalam dua bagian:

  • Tujuan besar, umum, dan permanent. Atau tujuan strategis menurut istilah yang popular.
  • Tujuan kecil, parsial, dan periodic (bertahap). Atau tujuan taktik dalam istilah lain.

Tujuan kecil harus digunakan untuk tujuan besar, beredar digaris edarnya, merupakan sarana, dan jalan untuk menuju kepadanya. Tujuan besar dan teragung yang mungkin bias diupayakan manusia dikehidupan adalah berusaha mendapatkan keridhoan Alloh subhanahu wa ta'ala, Robb semesta alam, dengan sarana-sarana yang diizinkan Alloh subhanahu wa ta'ala.

Di topic ini, saya berusaha meletakkan beberapa pemikiran yang membantu orang-orang dalam menetukan tujuan dalam sisi-sisi kehidupan mereka yang beragam. Pemikiran-pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Anda jangan membiasakan diri mengerjakan aktifitas-aktifitas yang tidak ada tujuan di dalamnya, karena diri itu seperti anak kecil yang jika terbiasa kepada sesuatu maka ia tidak meninggalkannya.

Bisa jadi sebagian pembaca bertanya; apakah itu berarti seluruh kehidupan harus serius dan tidak ada istirahat di dalamnya?

Jawabnya; tentu tidak, karena jiwa tidak sanggup melakukannya. Namun, jika anda ingin istirahat, hendaklah pada waktu yang tepat dan dengan cara-cara yang sesuai, sehingga dengan demikian, istirahat anda mempunyai tujuan dalam bingkainya. Misalnya, anda ingin pergi ke salah satu desa pada hari ahad dan akan berada di desa tersebut selama tiga hari. Apa saja tujuan anda kepergian kali ini?

Hendaknya tujuan-tujuan anda misalnya seperti berikut:

a) Mengunjungi saudara perempuan, atau suami saudara perempuan, atau anak-anak saudara perempuan anda dan memberi hadiah kepada mereka.

b) Melihat masjid terdekat dimana anda diminta untuk merenovasinya.

c) Ingin mengenal lebih jauh tempat wisata di dekat desa tersebut yang keindahannya telah diceritakan kepada anda.

d) Melewati orang tua di desa tersebut, bertanya kepadanya tentang beberapa peristiwa histories yang di jalaninya, dan mengambil manfaat dari pengalaman hidupnya.

e) Mencari peluang untuk dakwah didesa tersebut dengan cara join dengan sahabat-sahabat anda disana.

f) Menyampaikan ajaran agama atau khutbah dimasjid desa tersebut jika itu tepat.

Begitulah, semua katifitas yang anda inginkan harus didahului tujuan, anda mengerjakannya dengan nomer urut sesuai dengan urgensinya, dan membagi waktu pengerjaanya. Pada akhirnya, anda lihat beberapa persen tujuan yang berhasil anda kerjakan dari semua total tujuan anda?

Jika anda membiasakan diri seperti itu dalam kehidupan, otomatis kehidupan anda menjadi kehidupan yang terstruktur, mempunyai tujuan, tidak rela menerima ketidak strukturan, tidak dikuasai waktu luang, dan waktu hilang secara sia-sia.

2) Pada saat menentukan tujuan, anda harus memperhatikan kemampuan yang ada atau diprediksikan ada, kemudian penentuan tujuan dilakukan berdasarkan kemampuan tersebut. Jadi tujuan tidak boleh berupa hayalan-khayalan, dalam arti kemampuan yang disiapkan itu sangat pas-pasan. Atau dengan kata lain, tujuan harus bisa dicapai dan dikerjakan.

Misalnya, jika anda ingin melakukan proyek bisnis, anda harus melihat berapa modal yang bisa anda siapkan untuk proyek tersebut, kemudian menentukan bentuk proyek berdasarkan modal anda.

Atau jika anda ingin mencari pekerjaan, perhatikan ijazah dan pengalaman kerja anda. Berdasarkan analisa tersebut, tentukan jenis dan golongan pekerjaan yang anda cari.

Disisi lain, ia harus menhindari pembuangan kemampuan yang ada dan lebih sibuk dengan tujuan pas-pasan, padahal ada kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan lain. Jadi, kedua hal tersebut; terfokus pada tujuan-tujuan khayal dan lebih sibuk dengan tujuan-tujuan pas-pasan, itu membuang waktu dan potensi.

3) Tujuan yang anda ingin kerjakan harus sesuai waktu yang anda tentukan untuk merealisirnya, karena "pembunuh" tujuan mulia yang paling berbahaya ialah ketiadaan waktu yang cukup untuk merealisirnya.

Misalnya, orang ingin mendapatkan ijazah dokter spesialis hanya dalam tempo satu tahun setelah lulus dari SMU.

Contoh lain, orang-orang yang menghambur-hamburkan sebagian besar waktunya untuk tujuan-tujuan yang bisa direalisir dalam waktu yang lebih sedikit, seperti orang yang semestinya lulus dari perguruan tinggi S1 dalam empat tahun, namun ia menundanya dan baru lulus delapan tahun kemudian.

Merasakan nilai dan urgensi waktu adalah starting point upaya menggerakkan jiwa dan mengobarkan semangat untuk mengetahui waktu yang hilang, menggunakan waktu yang ada, dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Tidak ada kerugian yang lebih besar dari pada kerugian waktu, karena kerugian waktu tidak bisa diganti. Dan waktu adalah nilai dimana nilai harta tidak ada artinya di mata orang-orang yang mempunyai akal sehat.

4) Tujuan yang ingin anda realisir hendaknya merupakan tujuan yang syar'i atau diizinkan oleh syar'i, karena tujuan sangat banyak dan kehidupan tidak menjadi sempit kecuali bagi orang-orang yang lemah. Buktinya, Nabi Yunus alaihis salam tidak kehilangan aktifitas ketika berada diperut ikan, karena beliau termasuk orang-orang yang bertasbih kepada Alloh subhanahu wa ta'ala.

Diantara sekian banyak tujuan, ada yang boleh direalisir manusia dan ada yang tidak boleh direalisir dan mereka tidak boleh memikirkannya. Jadi, barangsiapa mengerjakan kerusakan dimuka bumi kendati merupakan tujuan yang mungkin dikerjakan dan pelakunya mendapatkan kenikmatan atau keuntungan duniawi, namun dalam neraca kebenaran dan petunjuk adalah tertolak dan bathil, karena Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (QS. Al-Fur'qon [25]: 23)

Nabi sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa mengerjakan salah satu perbuatan yang tidak termasuk urusan kami tertolak". (HR. Muslim)

Seseorang tidak bisa mengerjakan point ini kecuali ia hidup dibawah naungan iman, cahaya wahyu, dan mengerahkan segenap tenaga untuk memakmurkan bumi, hingga ia memperoleh balasan usahanya di akhirat. Adapun hati yang tidak disinari risalah Muhammad sholallohu alaihi wa sallam di dalamnya, maka hati orang tersebut akan gelap dan binasa. Kebiasaan orang tersebut ialah mengerjakan kerusakan dimuka bumi, kendati ia menduga berbuat baik di dalamnya.

Jadi, usaha untuk mencari harta dan mengembangkan kekayaan untuk menikmati hal-hal yang baik di kehidupan dan berinfak di sarana-sarana kebaikan adalah tujuan yang mungkin dikerjakan siapa saja yang mengerahkan seluruh tenaganya untuknya. Namun, tujuan tersebut bisa jadi melalui jalan yang legal (di bolehkan Syar'i), misalnya dengan dagang, cocok tanak, dan industri, dan bisa jadi tujuan tersebut melalui jalan yang ilegal misalnya penipuan, suap, tipu mushlihat, riba, dan jual beli narkoba.

Semua orang mengumpulkan harta dan mendapatkan kekayaan, namun apakah kedua tipe tersebut sama? Orang pertama mengumpulkan harta dari sumber halal dan itulah kebahagiaan baginya di dunia dan akhirat, jika ia menggunakannya dengan baik. Sedang orang kedua mengumpulkan harta dari sumber haram dan itulah kecelakaan baginya di dunia dan siksa di akhirat.

Contoh lain, seorang pelajar atau mahasiswa ingin sukses di studinya dengan serius, sungguh-sungguh, tekun, dan yakin kepada siri sendiri, setelah bertawakkal kepada Alloh subhanahu wa ta'ala dan berdo'a kepada-Nya. Disisi lain, ada pelajar yang juga ingin sukses di studinya, namun dengan nyontek, tipu muslihat, dan bergantung kepada teman-temannya. Sungguh jauh perbedaan kedua tipikal kedua orang tersebut.

5) Tujuan harus konkrit (ditentukan), jelas, dan tidak ada ketidakjelasan di dalamnya, Karen tujuan yang tidak konkrit dan tidak jelas membuat orang tidak mampu meraih apa yang di inginkan atau tidak mengetahui apa yang sesungguhnya yang ia inginkan.

Sebagai contoh, mahasiswa yang ingin lulus dari perguruan tinggi, namun tidak menentukan spesialisasi apa yang diinginkan, perguruan tinggi mana yang ia inginkan, dan kapan hal tersebut ia lakukan? jadi, tujuannya tidak ditentukan, karenanya ia mengalami kesulitan untuk merealisirnya.

Contoh lain, orang yang ingin mendapatkan pekerjaan alternative setelah pensiun, namun ia hanya terpaku padahal tersebut. Atau orang yang ingin bepergian tanpa menentukan tujuan kepergiannya atau jenis aktifitas yang akan ia kerjakan di perjalannya.

Jadi, tujuan harus jelas dan ditentukan dengan cermat, agar tidak tercampur baur dengan tujuan lain dan gagal direalisir. Tujuan yang jelas harus positif, maksudnya anda harus menentukan dengan jelas apa yang anda inginkan, karena diantara kesalahan yang sering dilakukan kebanyakan manusia ketika dintanya tentang tujuannya ialah menyebutkan apa yang tidak diinginkan anda, sedang apa yang sesungguhnya ia inginkan itu tidak jelas dibenaknya atau ia sendiri tidak pernah memikirkannya.

Diantara bentuk tujuan yang jelas ialah anda membayangkan sebagian besar tujuan itu sepertinya telah terealisir.

6) Diantara syarat terealisirnya tujuan ialah membuat planning (rencana) untuk sampai kepadanya. Tujuan kendati besar, mungkin dikerjakan, legal, dan konkrit, namun jalan kepadanya tidak dijelaskan, maka hanya akan merupakan gagsan dan cita-cita belaka. Jadi, realisasi tujuan haris dengan planning.

Inilah persimpangan jalan antara orang-orang yang seirus di kehidupan dengan orang-orang yang santai di dalamnya. Menurut orang-orang serius dan bersemangat tinggi, tujuan itu konkrit kemudian ditindaklanjuti dengan pemikran dan penyiapan mekanisme untuk merealisirnya; apakah ia masih jauh ataukah telah dekat dengannya, kendala-kendala dijalan yang mungkin terjadi, dan bagaimana cara mengatasi kendala-kendal tersebut dan mengalahkannya.

Sedang bagi orang-orang yang suka menunda dan menganggur, betapa banyaknya tujuan-tujuan utopia mereka, tapi mereka tidak melangkah satu langkah pun untuk merealisirnya?

Sebagai contoh, orang yang mempunayai tujuan punya rumah sendiri dalam jangka dua tahun, maka ia harus membuat planning untuk sampai pada tujuan tersebut dan planning tersebut mencakup penyediaan uang yang cukup, pencarian lahan yang tepat, pembuatan desain rumah, mengontrak kontraktor, pembelian bahan-bahan bangunan, dan merancang semua langkah ini dengat cermat dan lengkap.

Ini jelas beda dengan orang yang ingin membangun rumah saja kemudian tidak berpikir apa-apa sesudahnya.

Contoh lain, orang yang merancang tujuan mengarang buku, maka ia harus menetukan topiknya, mengkaji referensinya, menyusun rencana berisi bab, pasal-pasal, pembahasan-pembahasan, permasalahan-permasalahan, contoh-contoh, dan lain sebagainya. Ketika menyusun planning realisasi tujuan, ia harus memperhatikan hendaknya planning tersebut aplikatif, fleksibel, dan logis, seperti akan dijelaskan, insya Alloh, dipembahasan berikutnya.

7) Setelah menyelesaikan planning, penyiapan semua kebutuhan, dan penentuan timing realisasi, maka langkah selanjutnya ialah realisasi planning untuk sampai pada tujuan dan penentuan pihak yang realisir, pihak yang menjadi supervisi, dan standar kemajuan kepada tujuan. Bisa jadi pihak yang merealisir adalah pihak yang menjadi supervisi itu sendiri. Ketika seseorang melangkah kepada tujuannya, ia akan menemui banyak kendala yang membuatnya mengkaji ulang sebagian planning dan memikirkan tujuan-tujuan periodic yang mengantarkannya kepada tujuan utama.

Kosentrasi orang tersebut harus merealisir tujuan dengan keyakinan tinggi, bertekad sampai tujuan tanpa ragu, dan berkeyakinan bahwa dirinya adalah pihak yang dimintai pertanggung jawaban tentang relisasi tujuan tersebut dan bukan orang lain. Jika tidak begitu, kegagalan adalah akhir realisasi tujuannya.

8) Tujuan yang ingin anda realisir harus merupakan tujuan yang diperlukan dan lebih diutamakan dikerjakan dari pada aktivitas lain.

Karena bisa jadi orang berusaha merealisir tujuan yang syarat-syaratnya lengkap, namun tidak butuh kepadanya dan justru butuh kepada tujuan lain yang lebih mendesak, misalnya seseorang ingin menyiapkan tempat istirahat untuk seminggu pada liburan semester, padahal ia belum membangun rumah untuk tempat tinggal setahun.

Ini kerancuan dalam meletakkan skala prioritas, karena orang tersebut mendahulukan sesuatu yang seharusnya di akhirkan dan mengakhirkan sesuatu yang semestinya di dahulukan. Tidak menutup kemungkinan orang yang tabiatnya seperti itu menghabiskan usianya di urusan-urusan sepele, padahal ia mampu mengerjakan aktifitas lain dan meninggalkan satu atau banyak pengaruh positif yang manfaatnya ia rasakan dan dirasakan orang lain di dunia dan akhirat.

Ini mengharuskan saya mengangkat masalah lain, yaitu ketika menentukan tujuan dan berusaha merealisirnya, seseorang harus memiliki cita-cita dan yang menginginkan ketinggian, Karena kehidupan itu terbatas dan kesempatan tidak terulang kembali. Jadi, barangsiapa menghabiskan waktu dan kehidupannya untuk urusan-urusan sepele, maka ia hidup dibagian dasar dari urusan-urusan sepele dan tidak sanggup naik kepuncaknya.

Contoh lain, seorang mempunyai kecerdasaan tinggi, lulus SMU dengan nilai sangat memuaskan, dan mempunyai banyak potensi untuk meneruskan studinya hingga mencapai gelar doctor, namun ia merasa cukup dengan apa yang telah ia realisir di SMU dan mencari kerja terbatas. Orang tersebut membunuh seluruh potensinya dan menguburnya hidup-hidup. Sebabnya tidak lain karena tujuannya sangat sederhana dan cita-citanya terbatas.

Orang lain menggunakan waktunya dalam main-main, menganggur, duduk dengan para pemalas dan pengangguran. Jika saja ia menggunakan waktunya dalam beribadah kepada Robbnya, misalnya untuk sholat, membaca Al-Qur'an, dzikir, membantu para janda, orang-orang miskin dan anak-anak yatim, menekuni salah satu profesi, dan mencari rezeki yang halal, maka kondisinya pasti berbeda dengan kondisinya sebelum itu. Hanya saja, ia tidak mempunyai cita-cita dan rela dengan kehinaan.

Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman:

"(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Robbku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". (QS. Al-Mukminun [23]: 99-100)

9) Jika anda menentukan tujuan umum dan seluruh syarat terdahulu ada padanya, anda wajib membagi tujuan umum tersebut ketujuan parsial, periodic dan kecil. Setiap kali anda berhasil merealisir salah satu dari tujuan-tujuan tersebut, anda lebih dekat kepadanya penyempurnaan tujuan utama anda hingga sempurna terealisir. Setelah membagi tujuan umum menjadi tujuan-tujuan periodic dan kecil, anda harus menentukan langkah-langkah aplikasi, yang dengannya setiap tujuan periodic bisa terealisir.

Sebagai contoh, seseorang ingin mengarang buku dibidang dan topic tertentu, maka untuk merealisir tujuan tersebut, ia harus mempunyai tujuan-tujuan periodic seperti berikut:

a) Menyusun rencana (planning) buku.

b) Menentukan buku rujukan.

c) Menulis dan menyiapkannya.

d) Mencetak dan menyebarkannya.

Semua tujuan periodic tersebut membutuhkan sebuah langkah-langkah aplikatif untuk merealisirnya.

Sebagai contoh, penyusunan planning buku membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

i. Membaca buku-buku sebelumnya tentang topic yang hendak ia karang.

ii. Mencatat masalah apa saja yang terkait dengan topiknya.

iii. Membaca buku-buku khusus tentang metode pembahasan dan mencatat apa saja yang terkait dengan topiknya.

iv. Mengumpulkan seluruh apa yang telah ia tulis dan susun.

v. Memperhatikan draft yang telah ia tulis kepada beberapa orang-orang yang lebih ahli dari padanya.

vi. Mengambil manfaat dari catatan dan pengarahan orang-orang ahli tersebut dan menyiapkan draft untuk tahapan final.

Tujuan pembatasan buku rujukan membutuhkan langkah-langkah berikut:

a) Melakukan riset di perpustakaan pribadinya dan mencatat buku rujukan yang terkait dengan risetnya.

b) Sering mengunjungi toko buku untuk mengadakan penelitian di dalamnya dan membeli buku-buku yang ia butuhkan.

c) Membaca buku-buku di toko buku (perpustakaan) dan daftar isinya kemudian mencatat dan membatasi pada hal-hal yang terkait dengan penulisannya.

d) Mengunjungi perpustakaan-perpustakaan khusus milik teman-temannya untuk mengadakan penelitian di dalamnya dan meminjam buku-buku yang terkait dengan penulisannya.

e) Membaca daftar isi buku-buku rujukan yang mirip dengan topiknya dan mencatat apa saja yang terkait dengan penulisannya.

f) Mengadakan penelitian di perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi, karena bisa jadi mendapatkan buku rujukan yang cocok dengan buku yang hendak ia tulis.

Setelah itu, ia pindah ketujuan periodic ketiga, yaitu penulisan buku dan penyiapannya. Tujuan periodic tersebut juga mempunyai langkah-langkah aplikasi.

Kemudian ia pindah ketujuan periodic keempat, yaitu pencetakan buku dan mengedarkannya. Tujuan periodic ini juga mempunyai langkah-langkah aplikasi.

Saya tidak menyebutkan langkah-langkah aplikasi kedua tujuan aplikasi tersebut karena sudah cukup dengan contoh sebelumnya. Jika anda merealisir keempat tujuan periodik tersebut, memulai langkah-langkah aplikasinya anda sampai pada tujuan utama, yaitu penulisan buku di topic tertentu di salah satu disiplin ilmu.

Diantara yang harus diperhatikan dalam tujuan-tujuan periodic dan langkah-langkah aplikasi kepadanya ialah seharusnya setiap langkah mempunyai satu atau lebih langkah alternatif sehingga jika anda tidak dapat mengerjakan langkah tersebut maka anda pindah ke langkah alternative lainnya. Bahkan, jika anda melihat tujuan umum tidak dapat direalisir, anda harus mempunyai tujuan-tujuan alternative yang bisa anda realisir sesuai tenaga yang anda miliki.

Misalnya, jika anda melihat ternyata topic yang anda tulis telah ditulis dan anda baru mengetahuinya setelah penulisan anda selesai, atau terlihat oleh anda bahwa data-data yang ada tidak cukup untuk penulisan sebuah buku, maka anda bisa mencari alternative lain, yaitu menulis artikel berdasarkan data-data tersebut untuk salah satu jurnal khusus.

Contoh yang telah saya sebutkan bisa di terapkan di tujuan apapun yang ingin anda kerjakan di hidup ini dan tentunya dengan cara yang cermat.

10) Diantara kiat-kiat sukses dalam merealisir tujuan ialah merahasiakan tujuan dan usaha realisasinya dari orang yang tidak perlu mengetahuinya.

Barangsiapa yang tidak mampu menjaga rahasia dirinya, ia jangan menyalahkan orang lain, jika orang lain tersebut menyebarkannya. Betapa banyak tujuan menjadi hilang secara sia-sia atau gagal direalisir, sebab rahasianya dibeberkan pelakunya.
 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi