Senin, 19 Oktober 2009

Da'i (Antara Tokoh Hakiki dan Tokoh Fantasi)


Peristiwa di dunia Islam silih berganti, perubahan politik terus menerus terjadi, pertempuran antara Islam dan kekufuranpun berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain, sedangkan kaum muslimin seperti anak-anak yatim yang berada di atas hidangan sampah.

Shahwah Islamiyah modern mendapatkan warisan harta berupa penyimpangan dan kemunduran yang diderita umat secara menyeluruh sebagai akibat masa-masa lemah dan kebangkrutan yang tak terhenti.

Kebangkrutan ini tidak akan bangkit hanya melalui usaha individu-individu terbatas, sebesar apapun kemampuan dan kesangguan yang mereka kerahkan. Akan tetapi semuanya membutuhkan seluruh kemampuan dan usaha yang saling mekengkapi dan mendukung, sehingga dengan fadhilah Allah –Amal Islami- berjalan dengan penuh kepercayaan dan ketentraman. Walaupun berat terasa perjalanan akibat banyaknya kerikil dan rintangan, akan tetapi suatu hari, tidakkah ada sebagian kita yang bertanya pada diri kita sendiri: Apa perannya di dalam perjalanan hidup ini? Dan apa yang dapat saya khidmahkan untuk agama ini?

Apakah seorang insan merasa cukup hidup sebagai penonton, yang menyaksikan perjalanan shohwah islamiyah dari jauh tanpa ikut serta mengambil perannya?!. Apakah seorang insan merasa cukup memiliki peran memperbanyak kelompok orang-orang sholih saja? Apakah boleh peranya hanya terbatas mengucapkan Laa haula wala quwwata illa billah dan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun saat dakwah terkena musibah?.

Tak perlu ragu, semua itu adalah sikap teledor negatif yang menyebabkan mayoritas insan enggan berproduksi dan memberi. Alhamdulillah kita memiliki kemampuan yang cemerlang, akan tetapi kemampuan yang pasif dan beku tanpa mampu menyempurnakan proses pengolahan maksimal berkhidmat pada agama.

Mayoritas kemampuan ini diselimuti rantai kelemahan dan kemalasan. Sampai-sampai kita melihat kelompok besar orang-orang shalih, akan tetapi sayang sekali kondisi mereka seperti ungkapan sya'ir:

يثقلون الأرض من كثرتهم * ثم لا يغنون في أمر جلل

" Banyaknya mereka memberatkan bumi #

# Perkara besar tak mampu mereka hadapi "

Simpanan hakiki yang dimiliki umat bukanlah harta, alat-alat atau hasil-hasil tambang. Simpanan yang hakiki adalah insan perkasa yang memiliki peranan tanggung jawab dan amanah yang agung.

Kita sedang berada di suatu marhalah yang menuntut berfikir bagaimana sanggup menghasilkan, bahkan bagaimana menghasilkan lebih dari kemampuan. Semuanya tidak akan mungkin kecuali jika memiliki semangat yang membara dan tekad jujur yang dapat melihat ufuk yang tinggi serta dapat memberikan dan menciptakan harga bersaing yang tidak ridho dengan amal minim.

Tidak ada yang bisa mematikan Thumuhat kecuali seseorang yang merendahkan dirinya sendiri yang diselimuti kelemahan, hingga mencapai cacat yang tak dapat bergerak dan menghasilkan. Biasanya kemampuan manusia saling menggerogoti di saat manusia menghinakan dirinya sendiri, saat merasa dia lemah tak sanggup mensukseskan suatu amal atau menciptakan suatu hal. Di banyak kondisi, manusia tak mampu mengungkap kemampuan dan kesanggupannya kecuali di sela-sela pengalaman.

Hasil seseorang tergantung pada kadar thumuhat dan tekadnya. Manusia yang ambisi adalah yang dihadapannya terdapat tujuan yang tinggi, sampai-sanpai seandainya kemampuannya tak mampu mengembanya sekarang, dia akan berusaha keras meningkatkan kemampuannya untuk mencapai tujuannya di masa depan. Jika kemampuannya itu tumbuh, dia tidak berhenti pada sasarannya yang pertama, dia terus berusaha meningkatkan dan menambahkan. Alangkah indah ungkapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : "Orang awam berkata: harga setiap orang pada apa yang diperindahnya, sedangkan orang khusus berkata : harga setiap orang pada apa yang dicarinya". (Dinukil oleh Ibnu Qoyyim dalam Madarij As Salikin : 3/3)

0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi