Sabtu, 07 November 2009

Kesadaran


Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (dari padanya). Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru (di-turunkan) dari Robb mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang Ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kalian, maka apakah kalian menerima sihir itu, padahal kalian menyaksikannya?.” (QS. Al Anbiyaa': 1-3)

Hari hisab semakin dekat dari hari ke hari. Jika satu hari anda berlalu, maka sebagian hari dan usia anda hilang dari anda, seperti yang dikatakan Al-Hasan Al-Basri. Manusia tidak peduli dengan tujuan penciptaan mereka, tidak mengetahui makna nama-nama Alloh Ta'ala dan sifat-sifatnya. Kita semua tahu diantara nama Alloh itu Ar-Rozzaq (pemberi rizqi). Tapi banyak diantara kita merasa getar-getir jika rizqinya diancam "dipangkas" orang lain. Kita tahu betul Alloh Ta'ala pemberi manfa'at dan madhorot. Namun, banyak diantara kita takut dan berharap kepada selain Dia. Manusia tidak begitu peduli dengan hari saat mereka akan pergi dari dunia fana ini. Mereka cuek tidak memikirkan apa yang kelak mereka terima di alam kubur. Mereka tidak memikirkan hiruk pikuk kedahsyatan hari Kiamat. Mereka lalai terhadap banyak hal, karena cinta dunia membuat mereka tidak mengetahuinya.

Umur itu laksana bazar

Umur itu laksana bazar tempat jual beli seabrek barang, baik barang bagus atau barang jelek. Orang berakal ialah orang yang memilih membeli barang bermutu, kendati harganya mahal, karena lebih awet dari barang jelek meski harganya murah. Imam Ibnu Jauzi rohimahulloh berkata:"Orang yang tahu kemuliaan alam semesta harus meraih sesuatu yang paling mulia diantara yang ada di alam semesta ini. Umur ibarat bazar dan bisnis itu beragam. Banyak orang awam berkata:"Hendaknya anda memburu sesuatu, yang bisa dibawa dengan ringan, tapi nilainya mahal". Orang yang sadar sepatutnya mencari sesuatu yang paling mahal nilainya dan sesuatu yang paling berharga didunia ialah mengenal Alloh azza wajalla. (lihat Shoidul khotir: 259)

Sadar merupakan salah satu bukti kecintaan Alloh Subhanahu wa Ta'ala kepada seorang hamba dan dia menginginkan kebaikan padanya. Seorang generasi tabi'in, Muhammad bin Sirrin rohimahulloh berkata:"Jika Alloh Subhanahu wa Ta'ala menghendaki kebaikan seorang hamba, dia memberinya pengingat dari hatinya sendiri, yang bertugas menyuruh berbuat baik dan melarangnya mengerjakan keburukan". (lihat Shifatus Shofwah: 3/243)

Selalu Sadar

Ibnu Al-Jauzi rohimahulloh menjelaskan ciri-ciri orang yang selalu sadar: "Obsesi orang mu'min selalu menyatu dengan akhirat. Apa aja yang di dunia memotivasinya ingat di akhirat. Setiap orang di sibukkan oleh sesuatu dan obsesinya ialah kesibukannya. Tidaklah anda lihat jika sekelompok orang dari berbagai kalangan masuk ke show room misalnya, maka anda lihat pedagang kain mengamati kain dan menaksir harganya? Anda lihat tukang kayu melihat atap? Anda lihat arsitek memandang tembok? Dan anda lihat penenun melihat tenunan pakaian? Sedang orang mu'min, jika ia melihat kegelapan, ia mengingat kegelapan alam kubur. Jika ia melihat hal-hal nestapa, ia ingat siksa di akhirat. Jika ia mendengar suara mengerikan, ia ingat tiupan terompet pada hari Kiamat. Jika ia melihat orang tidur, ia melihat orang-orang mati di alam kubur, jika ia melihat kenikmatan, ia ingat surga. Obsesinya selalu terkait dengan itu semua dan itulah yang selalu menyibukkannya". (lihat Shoidul Al-Khothir: 342)

Orang mu'min selalu sadar. Ia mengaitkan apa yang dilihatnya di atas bumi dengan akhirat. Ia tidak lupa sedikitpun tujuan penciptaan Alloh Ta'ala terhadap dirinya. Dengan cara seperti itu, ia selalu beribadah. Orang-orang yang sadar itu tidak satu tingkat. Mereka trbagi ke dalam beberapa tingkatan, seperti terlihat berikut ini.

Tingkatan Orang-Orang Sadar

Ibnu Al-Jauzi rohimahulloh menyebutkan tingkatan orang-orang sadar: "Ada yang dikalahkan hawa nafsunya dan wataknya menghendakinya mengerjakan apa saja yang disukainya dan menjadi kebiasaannya. Orang seperti ini 'berjalan mundur', menasihatinya tidak bermanfa'at, dan mengingatkannya sama saja dengan menambah debat kusir dengannya.

Ada lagi orang yang berdiri diantara dua posisi dalam menjalani proses mujahadah, akal yang menyuruhnya bertaqwa dan hawa nafsu yang menuntutnya melampiaskan syahwatnya.

Adalagi orang yang setelah melakukan mujahadah panjang , tapi ia kembali kepada kejahatan, lalu ia meninggal dunia sebagai orang jahat.

Ada lagi orang sekali waktu menang dan sekali waktu kalah. Luka-lukanya tidak membuatnya mati.

Ada lagi orang yang ditaklukkan musuhnya dan dipenjara, lalu musuhnya punya kesempatan luas menimbulkan was-was padanya.

Ada lagi orang yang tidak 'tidur' sejak 'bangun' (sadar) dan tidak berhenti berjalan sejak mulai berjalan. Ia berobsesi terus berjalan dan mendaki. Jika ia berhasil melintasi salah satu maqom (tingkatan), ia melihat kekurangan dirinya, lalu ia beristigfar". (lihat Shoidul Khotir: 306-307)

Kelompak terakhir itulah orang-orang yang jiwanya tinggi menyatu dengan tujuan luhur dan berhasil mengalahkan apa saja yang "berbau" tanah. Mereka orang-orang yang tidak ingat lagi tidur yang dibutuhkan setiap orang. Murid Ibnu Abbas rodhiyallohu’anhu, Thowus rohimahulloh berkata: "Ingat neraka Jahannam membuat ahli ibadah tidak bisa tidur". (lihat Shifatus Shofwah: 3/289)

0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Text

"Dengan Kemurnian Merekat Persatuan" Copyright © 2009 Community is Designed by lembaga nurul ilmi